Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Nelayan Natuna Tolak Kedatangan Nelayan Pantura

Kompas.com - 13/01/2020, 23:41 WIB
Hadi Maulana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NATUNA, KOMPAS.com - Ketua Aliansi Nelayan Natuna, Kepulauan Riau (Kepri), Herman menolak kehadiran nelayan Pantura ke Natuna, terkait upaya pemerintah pusat agar Natuna lebih ramai nelayan lokal ketimbang nelayan China atau Vietnam. 

Herman mengatakan nelayan Natuna merupakan nelayan sepenuhnya, alias tidak ada kerja sampingan selain nelayan atau bisa dikatakan nelayan mandiri.

Berbeda dengan nelayan lainnya, yang memiliki cukong atau bos atau pemilik kapal.

"Kenapa kami menolak, karena nelayan Pantura tidak seperti kami nelayan Natuna, yang merupakan nelayan mandiri," kata Herman melalui telepon, Senin (13/1/2020).

Menurutnya nelayan Natuna tidak ada yang menangkap ikan menggunakan bos, sebab mulai dari kapal hingga alat tangkap, nelayan Natuna memiliki sendiri.

"Jadi satu nelayan bisa satu kapal, ada juga yang satu kapal 4 orang, namun bukan orang lain, mereka bersaudara atau kakak adik. Atau ada juga yang membuat kapal dengan cara bersama dan dipergunakan juga bersama," jelas Herman.

Baca juga: Ratusan Nelayan Pantura Siap Geruduk Natuna, Ini Syarat yang Diminta

Nelayan Pantura bekerja dengan bos

Sementara nelayan Pantura merupakan nelayan yang bekerja dengan bos atau menangkap ikan menggunakan kapal dan alat tangkap milik bos.

"Seharusnya mereka tidak disebut nelayan, melainkan buruh nelayan. Karena bekerja dengan orang lain," paparnya.

Sementara untuk nelayan Natuna, tidak saja kapal dan alat tangkap milik sendiri, untuk proses menjualnya pun dilakukan sendiri. 

Makanya, harga jualnya cukup tinggi karena ikan yang dijual murni ikan langsung dari tangkapan saat itu juga.

Bukan ikan yang sudah dies beberapa hari di lokasi penyimpanan atau gudang ikan yang berada didaratan.

"Makanya jika musim utara seperti ini, ikan susah karena tidak ada nelayan yang turun, dan stok ikan juga tidak ada," terangnya.

Senada juga diungkapkan Marzuki, nelayan Bunguran Timur yang mengaku nelayan Natuna merupakam nelayan mandiri yang tidak mudah merengek berharap bantuan dari pemerintah.

Marzuki mengaku hasil mubes kemarin merupakan keputusan yang sudah final dan tidak bisa diganggu gugat lagi.

Baca juga: Pemerintah Akan Memobilisasi 120 Nelayan Pantura ke Perairan Natuna

Bantu kami kapal 5 GT...

"Jika pemerintah ingin membantu kami menjaga kedaulatan di utara Laut Natuna, maka bantulah kami kami kapal dengan ukuran 5 GT dan pengadaan alat komunikasi atau radio yang lebih jauh hingga bisa ke kawasan ZEE Indonesia," kata Marzuki.

Karena menurutnya keberadaan nalayan dari luar akan malah memperkeruh suasana, sebab mereka kawatir akan berdampak pada kerusakan ekosistem Laut Natuna.

Mengingat selama ini para Nelayan Natuna menangkap ikan hanya dengan alat tangkap tradisional, yang hasilnya jauh lebih besar dengan menggunakan alat tangkap modern seperti cangkrang dan sejenisnya.

"Contohnya, sampai saat ini laut Natuna alhamdulillah tatap kaya akan hasil lautnya, karena ekosistemnya memang terjaga," jelasnya.

Jika menggunakan cangkrang, lanjutnya memang lebih besar, namun kelangsungan ekosistemnya tidak bertahan lama, karena telah rusak.

Baca juga: Nelayan Natuna Hanya Butuh Pengawalan 24 Jam, Bukan Datangkan Nelayan Lain

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com