Kondisi-kondisi itu membuatnya harus selalu membawa tisu untuk perempuan.
Bahkan, Dina pernah mengalami infeksi kandung kemih karena menahan kencing atas kondisi di suatu proyek kotor.
Semua tantangan tersebut ia lewati dengan ikhlas. Keikhlasan, kerja keras, dan dukungan dari orang sekeliling ini pula yang membuatnya menjadi ahli jembatan.
Berbagai proyek besar di Indonesia ia pegang. Proyek paling fenomenal adalah jembatan lengkung LRT Jabodetabek.
Dalam proyek ini, rancangan Dina berseberangan dengan insinyur dari Jepang dan Perancis. Usulannya mengenai jembatan tidak perlu pier (tiang jembatan).
“Mereka (konsultan) asing tidak berpikir, Indonesia itu ribet. Urusan pembebasan lahan, macet. Kalau ditutup bakal macet. Saya usulkan hilangkan pier-nya,” tutur Dina.
Konsultan asing tidak percaya dengan sistem yang diajukannya karena risiko dan bahayanya tinggi. Belum tentu juga Adikarya bisa membuatnya.
“Mereka bilang, di dunia aja enggak ada. Masa beraninya bikin di Indonesia. Mereka tidak pernah berkata oke, sampai jembatan itu nyambung,” ungkapnya.
Namun, Dina percaya dengan hasil hitungannya. Meski diragukan konsultan asing, ia terus jalan.
Untungnya, ia mendapat dukungan penuh dari komite jembatan di PUPR yang kebanyakan adalah dosennya.
Walaupun demikian, sebelum mendapat dukungan, ia harus melalui berbagai sidang untuk mempertanggungjawabkan perhitungan jembatan lengkungnya.
Selama proses pembangunan jembatan berlangsung, Dina deg-degan, mules, bahkan saat jembatan akan menyambung, ia merasa sudah bukaan 10 dan tidak bisa memikirkan yang lain.
“Begitu nyambung (jembatan), mereka bilang, 'Din, bayi lu lahir ya? Hooh. Leganya kayak abis melahirkan bayi,” tuturnya.
Baca juga: Jembatan LRT Jabodetabek Tersambung, Dina Sang Perancang: Lega Kayak Abis Melahirkan Bayi
Setelah tersambung, konsultan asing menyatakan “approve”. Sedangkan leader-nya, insinyur dari Jepang, mengakui kemampuan Dina.
“Dia (insinyur Jepang) bilang, 'Terus terang saya orang yang pertama menentang desain kamu. But know, you did it',” pungkas Dina. (Bersambung)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.