Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dina, Wanita Perancang Jembatan LRT Jabodetabek: Ditentang Insinyur Asing hingga Dipuji Jokowi (1)

Kompas.com - 12/01/2020, 09:45 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Nama Arvila Delitriana mendadak booming. Foto dan videonya mengisi halaman media massa maupun media sosial akhir 2019.

Namanya dikaitkan dengan keberhasilannya sebagai insinyur perempuan yang merancang jembatan lengkung light rail transit (LRT) Jabodetabek.

Jembatan sepanjang 148 meter tersebut melayang di atas jembatan layang Tol Dalam Kota yang berada di samping Kuningan, Jakarta Selatan.

Keberhasilannya dipuji banyak pihak. Dari mulai insinyur dalam dan luar negeri hingga Presiden Joko Widodo.

Ditemui seusai acara GE Women Talks di Bandung, Kamis (9/1/2020), Dina menceritakan awal mula ia berkecimpung di dunia jembatan.

“Dulu ibu saya bilang, sekolahlah setinggi-tingginya. Tapi nanti ngurusin anak, kerja dari rumah atau jadi dosen. Jadi saya ga kepikiran jadi apa, sekolah ya sekolah saja,” ujar Arvila memulai perbincangan dengan Kompas.com.

Baca juga: Jokowi Puji Konstruksi Jembatan LRT Jabodebek yang Dirancang Insinyur Wanita ITB

Misalnya saat duduk di bangku SMAN 3 Bandung, ia memilih masuk kelas A1 karena matematikanya lebih bagus dibanding biologi atau yang berbau hapalan.

Seperti teman-teman lainnya, selepas SMA ia masuk ke ITB dan bingung menentukan jurusan. Ia kemudian melihat kelemahannya.

“Kelemahan saya ada di kimia. Sudah tengah mati belajar pun, tetap lemah di kimia. Jadi saya cari jurusan yang tidak ada atau tidak didominasi Kimia. Akhirnya saya pilih Teknik Sipil,” tutur Dina, sapaan akrab Arvila.

Saat itu, Dina sama sekali buta soal Teknik Sipil. Ia baru mengetahui saat perkuliahan dimulai.

Lulus dari ITB, ia bekerja di kantor konsultan struktur Teknik Sipil di Jakarta, tanpa mengetahui passion-nya dimana.

Lima tahun kemudian, ia keluar kerja dan pindah ke Bandung ikut suami yang menjadi PNS di Bandung. Ia kemudian melanjutkan kuliah di ITB jurusan Geoteknik.

Hingga suatu hari, ia bertemu dengan Jodi Firmansyah, seorang insinyur ahli jembatan yang ditugaskan mantan presiden Habibie mengerjakan Jembatan Barelang.

“70 persen pekerjanya tenaga asing. Beliau ini ditempatkan Pak Habibie untuk menyerap ilmu-ilmunya asing itu. Coba bayangkan, saya mendapatkan ilmu dari beliau,” ungkap ibu beranak dua itu.

Dengan bantuan Jodi jugalah, Dina menemukan passionnya. Ia mengerti filosofi jembatan. Bahkan ia menganggap bahwa jembatan adalah anak-anaknya.

“Anak-anak (jembatan) saya yang besar banyaknya di Riau, ada juga di Kalimantan dan Sulawesi. Yang paling berkesan Jembatan Kali Kuto dan Jambatan Bagan Siapi Api,” kata Dina.

Jembatan lengkung LRT

Salah satu karyanya yang fenomenal adalah jembatan lengkung LRT Jabodetabek. Saat itu usulannya berseberangan dengan konsultan dari Perancis mengenai pier (tiang jembatan).

“Mereka (konsultan) asing tidak berpikir, Indonesia itu ribet. Urusan pembebasan lahan, macet. Kalau ditutup bakal macet. Saya usulkan hilangkan pier-nya,” imbuhnya.

Konstruksi Jembatan Lengkung Bentang Panjang ruas Kuningan pada proyek LRTDok. Biro komunikasi publik kementerian PUPR Konstruksi Jembatan Lengkung Bentang Panjang ruas Kuningan pada proyek LRT

Konsultan asing tidak percaya dengan sistem yang diajukannya, karena risiko dan bahayanya tinggi. Belum tentu juga Adikarya bisa membuatnya.

“Mereka bilang, di dunia aja nggak ada. Masa beraninya bikin di Indonesia. Mereka tidak pernah berkata oke, sampai jembatan itu nyambung,” ungkapnya.

Namun Dina percaya dengan hasil hitungannya. Meski diragukan konsultan asing, ia terus jalan.

Untungnya ia mendapat dukungan penuh dari komite jembatan di PUPR yang kebanyakan dosennya.

Walaupun, sebelum mendapat dukungan, ia harus melalui berbagai sidang untuk mempertanggungjawabkan perhitungan jembatan lengkungnya.

Baca juga: Kisah Dokter Gigi Tati, Kuliah Sambil Jual Makanan Ringan di Kampus

Selama proses pembangunan jembatan berlangsung, Dina degdegan, mules, bahkan saat jembatan akan nyambung, ia merasa sudah bukaan 10 dan tidak bisa pikir yang lain.

“Begitu nyambung (jembatan), mereka bilang: Din, bayi lu lahir ya? Hooh. Leganya kaya abis melahirkan bayi,” kata Dina

Setelah tersambung, konsultan asing menyatakan “approve”. Sedangkan leader-nya, insinyur dari Jepang mengakui kemampuan Dina.

“Dia (engineer Jepang) bilang, terus terang saya orang yang pertama menentang desain kamu. But know, you did it,” tuturnya.

Dilarang bekerja

Tentangan terhadap kerjaannya tidak hanya datang dari luar rumah. Orangtua terutama ayahnya yang konservatif sempat menentang pekerjaan Dina.

“Ayah saya tentara. Kalo ibu, ibu rumah tangga. Selama suami mengizinkan, ibu nggak masalah. Tapi ayah masih keukeuh. Perdebatan (dengan ayah) berlangsung lama,” ungkapnya.

Sosok Arvilla Delitriana, pembuat Jembatan Lengkung (Long Span) LRT ketika mengisi acara ?Workshop Jembatan Lengkung LRT? di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa, (27/11/2019).Kompas.com/Suhaiela Sosok Arvilla Delitriana, pembuat Jembatan Lengkung (Long Span) LRT ketika mengisi acara ?Workshop Jembatan Lengkung LRT? di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa, (27/11/2019).

Hingga akhirnya Dina mampu membuktikan bahwa suami, anak, dan pekerjaan terurus. Bahkan kini orangtuanya bangga terhadap Dina.

Baca juga: Berawal dari Iseng, Nino Bikin Kerajinan dari Tusuk Gigi Senilai Rp 1 Juta

“Apa yang beliau khawatirkan dulu saya jarambah kemana-mana, jalan-jalan, ternyata menghasilkan. Kemarin saat bertemu Pak Luhut, saya ajak orangtua,” pungkasnya. (Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com