Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dina, Wanita Perancang Jembatan LRT Jabodetabek: Ditentang Insinyur Asing hingga Dipuji Jokowi (1)

Kompas.com - 12/01/2020, 09:45 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

“Anak-anak (jembatan) saya yang besar banyaknya di Riau, ada juga di Kalimantan dan Sulawesi. Yang paling berkesan Jembatan Kali Kuto dan Jambatan Bagan Siapi Api,” kata Dina.

Jembatan lengkung LRT

Salah satu karyanya yang fenomenal adalah jembatan lengkung LRT Jabodetabek. Saat itu usulannya berseberangan dengan konsultan dari Perancis mengenai pier (tiang jembatan).

“Mereka (konsultan) asing tidak berpikir, Indonesia itu ribet. Urusan pembebasan lahan, macet. Kalau ditutup bakal macet. Saya usulkan hilangkan pier-nya,” imbuhnya.

Konsultan asing tidak percaya dengan sistem yang diajukannya, karena risiko dan bahayanya tinggi. Belum tentu juga Adikarya bisa membuatnya.

“Mereka bilang, di dunia aja nggak ada. Masa beraninya bikin di Indonesia. Mereka tidak pernah berkata oke, sampai jembatan itu nyambung,” ungkapnya.

Namun Dina percaya dengan hasil hitungannya. Meski diragukan konsultan asing, ia terus jalan.

Untungnya ia mendapat dukungan penuh dari komite jembatan di PUPR yang kebanyakan dosennya.

Walaupun, sebelum mendapat dukungan, ia harus melalui berbagai sidang untuk mempertanggungjawabkan perhitungan jembatan lengkungnya.

Baca juga: Kisah Dokter Gigi Tati, Kuliah Sambil Jual Makanan Ringan di Kampus

Selama proses pembangunan jembatan berlangsung, Dina degdegan, mules, bahkan saat jembatan akan nyambung, ia merasa sudah bukaan 10 dan tidak bisa pikir yang lain.

“Begitu nyambung (jembatan), mereka bilang: Din, bayi lu lahir ya? Hooh. Leganya kaya abis melahirkan bayi,” kata Dina

Setelah tersambung, konsultan asing menyatakan “approve”. Sedangkan leader-nya, insinyur dari Jepang mengakui kemampuan Dina.

“Dia (engineer Jepang) bilang, terus terang saya orang yang pertama menentang desain kamu. But know, you did it,” tuturnya.

Dilarang bekerja

Tentangan terhadap kerjaannya tidak hanya datang dari luar rumah. Orangtua terutama ayahnya yang konservatif sempat menentang pekerjaan Dina.

“Ayah saya tentara. Kalo ibu, ibu rumah tangga. Selama suami mengizinkan, ibu nggak masalah. Tapi ayah masih keukeuh. Perdebatan (dengan ayah) berlangsung lama,” ungkapnya.

Sosok Arvilla Delitriana, pembuat Jembatan Lengkung (Long Span) LRT ketika mengisi acara ?Workshop Jembatan Lengkung LRT? di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa, (27/11/2019).Kompas.com/Suhaiela Sosok Arvilla Delitriana, pembuat Jembatan Lengkung (Long Span) LRT ketika mengisi acara ?Workshop Jembatan Lengkung LRT? di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa, (27/11/2019).

Hingga akhirnya Dina mampu membuktikan bahwa suami, anak, dan pekerjaan terurus. Bahkan kini orangtuanya bangga terhadap Dina.

Baca juga: Berawal dari Iseng, Nino Bikin Kerajinan dari Tusuk Gigi Senilai Rp 1 Juta

“Apa yang beliau khawatirkan dulu saya jarambah kemana-mana, jalan-jalan, ternyata menghasilkan. Kemarin saat bertemu Pak Luhut, saya ajak orangtua,” pungkasnya. (Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com