Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Induk Dua Bayi Orangutan Diduga Dibunuh Sebelum Anaknya Diambil

Kompas.com - 10/01/2020, 14:36 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Ditemukannya dua bayi orangutan yang hendak dijual di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumut pada Kamis (9/1/2020), menyisakan kisah pilu. 

Diduga induk dua bayi orangutan tersebut dibunuh sebelum anaknya diambil. 

Hal itu disampaikan Pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) Panut Hadisiswoyo kepada wartawan, Jumat (10/1/2020). 

Baca juga: Dua Bayi Orangutan Diamankan di Langkat, Diduga Akan Dijual oleh Sindikat Perdagangan Satwa Dilindungi

Dia mengatakan hal itu usai konferensi pers tentang penemuan dua bayi orangutan, berkelamin jantan (1) dan betina (2), dari rumah rumah R alias IG (38) di kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) di Jalan Selamat, Medan, Jumat (10/1/2020). 

Panut meyakini, pelaku R alias IG yang belum tertangkap itu adalah bagian dari jaringan perdagangan satwa liar dilindungi.

Baca juga: 7 Kasus Penyiksaan Satwa, Mata Kucing Ditusuk hingga Orangutan Terluka dengan 73 Peluru

 

Jaringan perdagangan satwa liar

 

Pendiri YOSL-OIC, Panut Hadisiswoyo mengatakan, dengan penemuan dua bayi orangutan maka dipastikan ada 2 induk orangutan yang dibunuh. Hal tersebut menurutnya dapat berpengaruh terhadap populasi secara keseluruhan karena orangutan termasuk satwa yang sangat lama berkembang biak.KOMPAS.COM/DEWANTORO Pendiri YOSL-OIC, Panut Hadisiswoyo mengatakan, dengan penemuan dua bayi orangutan maka dipastikan ada 2 induk orangutan yang dibunuh. Hal tersebut menurutnya dapat berpengaruh terhadap populasi secara keseluruhan karena orangutan termasuk satwa yang sangat lama berkembang biak.
Selama ini sudah beberapa kali terjadi pengambilan dan penjualan orangutan di Sumut. Apalagi, Medan sudah menjadi 'pusat' penampungan beberapa satwa yang diambil dari habitat alaminya di Sumut dan Aceh. 

"Faktanya ini bayi orangutan yang masih muda dan belum disapih, tentu menjadi perhatian kita dilakukan dengan membunuh induknya," katanya. 

"Ini kerugian berganda, ketika dapatkan duya bayi, sebenarnya ada dua induk yang mati dibunuh."  

Baca juga: Tiga Bayi Orangutan Ditemukan dalam Kardus di Pekanbaru, Diserahkan ke BBKSDA Riau

Menurutnya, yang paling penting adalah upaya pencegahan dengan menuntaskan kasus ini sehingga proses hukumnya menjadi preseden baik dan memberikan efek jera.

"Setiap tahun ada 10 - 15 orangutan yang kita sita atau diserahkan ke kita. Artinya itu jumlah yang bisa diselamatkan saja. Angka lain kita kecolongan," katanya. 

"Ada informasi seperti ini kita shock karena 1 persen saja dari perburuan, bisa berpengaruh tehadap populasi." 

Baca juga: Kenaya, Bayi Orangutan yang Lehernya Dirantai Akhirnya Diselamatkan

 

Orangutan lamban berkembang biak

Dua bayi orangutan jantan dan betina diamankan BBTNGL dari rumah R alis IG di Kecamatan Bahorok, Langkat, Sumut pada Kamis (9/1/2020). Saat pengambilan orangutan dari rumah tersebut, petugas tidak menemukan pemiliknya yang diduga merupakan jaringan perdagangan satwa liar dilindungi.KOMPAS.COM/DEWANTORO Dua bayi orangutan jantan dan betina diamankan BBTNGL dari rumah R alis IG di Kecamatan Bahorok, Langkat, Sumut pada Kamis (9/1/2020). Saat pengambilan orangutan dari rumah tersebut, petugas tidak menemukan pemiliknya yang diduga merupakan jaringan perdagangan satwa liar dilindungi.
Dijelaskannya, orangutan adalah mamalia yang berkembang biak sangat lambat, 1 betina bisa menghasilkan 3 - 4 anak yang menambah populasinya.

Induk betina juga harus melatih anaknya hingga umur 6 - 8 tahun.

"Maka pengambilan individu betina yang terambil atau mati, 1 saja diambil itu akan berpengaruh terhadap populasi secara keseluruhan," katanya.

Baca juga: 5 Fakta Penyelundupan Bayi Orangutan oleh WN Rusia di Bali, Dimasukan ke Dalam Koper hingga Dibius dengan CTM

Apalagi, kata dia, induk orangutan tidak akan melepaskan anaknya dalam kondisi apapun kecuali ada pemaksaan, upaya melukai, atau membunuh induknya.

"Kami sangat yakin, dan bisa memastikan bahwa ketika mendapatkan 2 bayi orangutan, maka induknya pasti sudah dibunuh," katanya.  

Baca juga: Terburuk sejak 2015, Karhutla Ancam Orangutan hingga Perburuk Perubahan Iklim Dunia

 

Konflik warga vs orangutan tidak tertangani dengan baik

Ilustrasi OrangutanAFP PHOTO / ROMEO GACAD Ilustrasi Orangutan
Dia menambahkan, praktik perburuan dan perdagangan orangutan tidak bisa dilepaskan dari adanya konflik yang tidak tertangani dengan baik.

Adanya konflik, menjadi akses yang mudah untuk pengambilan orangutan di habitatnya. 

"Itu salah satu teori sih. Walau pun ada satu pemburu yang langsung ambil orangutan di habitatnya. Tapi dengan kondisi konflik itu memudahkan," katanya. 

Baca juga: Bayi Orangutan Lahir di Batam dan Dinamai Bintan

"Lapisan masyarakat bawah di sekitar habitat haris diperkuat untuk menjaga. Di samping semua pihak harus bekerja secara optimal."

"Kita merasa kecolongan karena setiap beberapa tahun pasti ada orangutan yang diambil," katanya. 

Baca juga: Penembak Orangutan Hope Hanya Dihukum Wajib Azan, Ini Penjelasan BKSDA

 

Pelaku dipantau sejak lama

Kepala Seksi Perlindungan Taman Nasional Wilayah V, Bahorok, Palber Turnip, Jumat (10/1/2020). KOMPAS.COM/DEWANTORO Kepala Seksi Perlindungan Taman Nasional Wilayah V, Bahorok, Palber Turnip, Jumat (10/1/2020).
Kepala Seksi Perlindungan Taman Nasional Wilayah V, Bahorok, Palber Turnip mengatakan, pelaku sudah dipantau sejak lama. 

Pihaknya baru melakukan penindakan setelah ada informasi A1 tentang adanya orangutan di rumah R alias IG. 

Baca juga: Hope, Induk Orangutan yang Diberondong 74 Peluru, di Sampul Depan The New York Times

Pihaknya juga memiliki foto pelaku R memeluk bayi orangutan tersebut.

Namun saat dilakukan pengambilan di rumahnya, hanya ada istri dan anak R.

Sementara yang bersangkutan tidak berada di tempat. 

Baca juga: Tembak Orangutan Hope dengan 74 Peluru, Pelaku Dihukum Azan 1 Bulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com