MEDAN, KOMPAS.com - Ditemukannya dua bayi orangutan yang hendak dijual di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumut pada Kamis (9/1/2020), menyisakan kisah pilu.
Diduga induk dua bayi orangutan tersebut dibunuh sebelum anaknya diambil.
Hal itu disampaikan Pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) Panut Hadisiswoyo kepada wartawan, Jumat (10/1/2020).
Dia mengatakan hal itu usai konferensi pers tentang penemuan dua bayi orangutan, berkelamin jantan (1) dan betina (2), dari rumah rumah R alias IG (38) di kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) di Jalan Selamat, Medan, Jumat (10/1/2020).
Panut meyakini, pelaku R alias IG yang belum tertangkap itu adalah bagian dari jaringan perdagangan satwa liar dilindungi.
Baca juga: 7 Kasus Penyiksaan Satwa, Mata Kucing Ditusuk hingga Orangutan Terluka dengan 73 Peluru
"Faktanya ini bayi orangutan yang masih muda dan belum disapih, tentu menjadi perhatian kita dilakukan dengan membunuh induknya," katanya.
"Ini kerugian berganda, ketika dapatkan duya bayi, sebenarnya ada dua induk yang mati dibunuh."
Baca juga: Tiga Bayi Orangutan Ditemukan dalam Kardus di Pekanbaru, Diserahkan ke BBKSDA Riau
Menurutnya, yang paling penting adalah upaya pencegahan dengan menuntaskan kasus ini sehingga proses hukumnya menjadi preseden baik dan memberikan efek jera.
"Setiap tahun ada 10 - 15 orangutan yang kita sita atau diserahkan ke kita. Artinya itu jumlah yang bisa diselamatkan saja. Angka lain kita kecolongan," katanya.
"Ada informasi seperti ini kita shock karena 1 persen saja dari perburuan, bisa berpengaruh tehadap populasi."
Baca juga: Kenaya, Bayi Orangutan yang Lehernya Dirantai Akhirnya Diselamatkan
Induk betina juga harus melatih anaknya hingga umur 6 - 8 tahun.
"Maka pengambilan individu betina yang terambil atau mati, 1 saja diambil itu akan berpengaruh terhadap populasi secara keseluruhan," katanya.
Apalagi, kata dia, induk orangutan tidak akan melepaskan anaknya dalam kondisi apapun kecuali ada pemaksaan, upaya melukai, atau membunuh induknya.
"Kami sangat yakin, dan bisa memastikan bahwa ketika mendapatkan 2 bayi orangutan, maka induknya pasti sudah dibunuh," katanya.
Baca juga: Terburuk sejak 2015, Karhutla Ancam Orangutan hingga Perburuk Perubahan Iklim Dunia
Adanya konflik, menjadi akses yang mudah untuk pengambilan orangutan di habitatnya.
"Itu salah satu teori sih. Walau pun ada satu pemburu yang langsung ambil orangutan di habitatnya. Tapi dengan kondisi konflik itu memudahkan," katanya.
Baca juga: Bayi Orangutan Lahir di Batam dan Dinamai Bintan
"Lapisan masyarakat bawah di sekitar habitat haris diperkuat untuk menjaga. Di samping semua pihak harus bekerja secara optimal."
"Kita merasa kecolongan karena setiap beberapa tahun pasti ada orangutan yang diambil," katanya.
Baca juga: Penembak Orangutan Hope Hanya Dihukum Wajib Azan, Ini Penjelasan BKSDA
Pihaknya baru melakukan penindakan setelah ada informasi A1 tentang adanya orangutan di rumah R alias IG.
Baca juga: Hope, Induk Orangutan yang Diberondong 74 Peluru, di Sampul Depan The New York Times
Pihaknya juga memiliki foto pelaku R memeluk bayi orangutan tersebut.
Namun saat dilakukan pengambilan di rumahnya, hanya ada istri dan anak R.
Sementara yang bersangkutan tidak berada di tempat.
Baca juga: Tembak Orangutan Hope dengan 74 Peluru, Pelaku Dihukum Azan 1 Bulan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.