Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Jahitan Panjang di Jasad TKI Bruno Kehi, Keluarga Minta Otopsi Ulang

Kompas.com - 10/01/2020, 14:05 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KUPANG, KOMPAS.com - Sejumlah anggota Komisi II DPRD Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), mendatangi Dinas Koperasi dan Nakertrans NTT, Kamis, (9/1/2020)

Kedatangan Komisi II DPRD Belu itu, untuk melakukan koordinasi atas kematian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Yanuarius Bruno Kehi yang dianggap tidak wajar.

Yanuarius Bruno Kehi, TKI asal Mandeu, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu, meninggal akibat kecelakaan lalu lintas (Lakalantas) di Malaysia, Kamis (19/12/2019).

Jenazah Bruno tiba kampung halamannya 23 Desember dan telah dimakamkan 28 Desember 2019 kemarin.

Baca juga: Usut Kasus Penyekapan TKI di Malaysia, Polda NTT Utus Polisi yang Pernah Lawan Atasannya

Namun, kematiannya meninggalkan tanda tanya di pihak keluarga, karena di bagian dada terdapat jahitan panjang.

Keluarga menduga, kematian Bruno tidak wajar dan meminta dilakukan otopsi untuk memastikan penyebab kematiannya.

Keluarga Yanuarius, kemudian mengadukan hal itu ke DPRD Kabupaten Belu.

Ketua komisi II DPRD Kabupaten Belu Theodorus F Seran Tefa kepada Kompas.com, mengaku tujuan mereka ke Dinas Koperasi dan Nakertrans NTT untuk berkoordinasi terkait rencana otopsi jenazah Bruno.

"Kami ke Dinas Koperasi dan Nakertrans NTT, untuk memastikan bahwa ada respons pemerintah provinsi dan pihak terkait rencana otopsi ulang jenazah Bruno," ungkap Theodorus.

Tujuan otopsi itu, lanjut Theodorus, agar bisa diketahui apakah ada organ tubuh Bruno yang hilang atau tidak.

"Ini soal kemanusiaan, artinya bukan keluarga menuduh, tetapi keluarga mengharapkan pemerintah dapat mengadvokasi, dengan mengotopsi ulang untuk memastikan apakah organ tubuh jenazah masih ada atau tidak, sehingga bisa menjawab dugaan keluarga itu," kata Theodorus.

Baca juga: Hingga Desember 2019, 116 TKI Ilegal Asal NTT Tewas di Malaysia

Theodorus pun mengaku, pihaknya bersama pemerintah daerah Kabupaten Belu, Komisi Perlindungan TKI dan Kepolisian Resor Belu, telah membuat berita acara yang disaksikan oleh masyarakat dan pemerintah Desa Mandeu, bahwa jenazah Bruno dikuburkan secara utuh dengan peti yang dibawa dari Malaysia.

"Kami berharap, dengan proses otopsi ini bisa menjawab semua keinginan keluarga Bruno," tutur dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Nakertrans NTT, Sesilia Sona, usai rapat dengan Komisi II DPRD Belu mengatakan, kedatangan Komisi II untuk berkoordinasi mengenai kemungkinan dilakukan otopsi terhadap almarhum Bruno Kehi.

Sesilia menguraikan, keluarga Bruno curiga karena Bruno hanya menderita luka patah kaki saat laka lantas terjadi.

Bruno pun kemudian dibawa rumah sakit di Malaysia.

"Di rumah sakit itu korban meninggal dunia. Di situlah mungkin keluarga mencurigai korban meninggal tidak wajar, sebab saat lakalantas itu, korban hanya mengalami patah kaki," ujar dia.

Sesilia melanjutkan, pada saat pemakaman korban di kampung halamannya, dibuat berita acara yang diketahui baik keluarga korban, pemerintah daerah dan kepolisian yang menyatakan bahwa peti mati korban tidak boleh dibuka.

Dalam perjalanan, berdasarkan kronologi yang diceritakan keluarga yang mengetahui persis kematian Bruno di Malaysia, keluarga kemudian merasa ada kejanggalan atas kematian tersebut.

Baca juga: Telantar di Bandara Dubai, TKI Ini Selamat berkat Sebuah Posting di Facebook

"Berdasakan cerita itulah, keluarga korban curiga kemudian berkoordinasi dengan DPRD Belu dan kepolisan untuk dilakukan otopsi untuk memastikan kematian Bruno," ujar dia.

Pihak KBRI Kuala Lumpur, kata Sisilia, tidak keberatan jika dilakukan otopsi terhadap jenazah Bruno.

Sesilia mengatakan, Bruno Kehi, tidak tercatat dalam data keberangkatan dinas ketenagakerjaan Kabupaten Belu. Artinya, Bruno merupakan TKI ilegal.

"Yang bersangkutan tidak terdaftar dalam daftar CTKI yang ada di Dinas Ketenagakerjaan Belu. Dinas pun tidak pernah mengeluarkan rekomendasi pembuatan paspor bagi yang bersangkutan," sebut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com