Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Pernah Harga Garam Serendah Tahun ini

Kompas.com - 10/01/2020, 10:33 WIB
Taufiqurrahman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Sejak tahun 2019 hingga tahun 2020 ini, harga garam rakyat semakin anjlok.

Memasuki musim hujan, harga turun hingga Rp 150/kilo. Selain anjlok, garam rakyat juga tidak laku di pasaran.

Petambak garam memilih menimbunnya di gudang-gudang semi permanen, dengan harapan ada kenaikan harga selama beberapa bulan ke depan. 

Zayyadi, petambak garam asal Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan menuturkan, di awal musim panen garam bulan Juni tahun kemarin, harga garam sempat bertahan di Rp 500/kilo.

Baca juga: Anggota DPR Temukan 630.000 Ton Garam Tidak Terserap

 

Namun, semakin meningkatnya produksi dan semakin bagusnya kualitas garam, justru harganya semakin anjlok. 

"Harga garam sangat fluktuatif. Belum pernah harga anjlok sampai Rp 150/kilo seperti tahun ini," ujar Zayyadi, saat ditemui di lokasi tambak garam, Jumat (10/1/2020). 

Fathur Rohim, petambak garam lainnya asal Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, memilih tidak menjual garamnya dengan cara menimbun.

Bahkan, gudang penyimpanannya sampai tidak muat dan harus membuat gudang semi permanen dengan hanya ditutupi terpal plastik.

Enggannya Fathur menjual garamnya, karena rugi. 

"Kalau Rp 150/kilo saya rugi sebagai petambak karena harus dibagi dua dengan pemilik lahan yang saya sewa. Ditambah lagi ongkos kuli angkut garam ke pinggir jalan. Makanya tidak saya jual," terang Fathur. 

Menyikapi anjloknya harga garam, Pemerintah Kabupaten Pamekasan sudah melakukan beberapa upaya.

Di antaranya berkirim surat kepada Gubernur Jawa Timur dan beberapa kementrian, termasuk ke DPR, agar ada ketetapan harga garam rakyat.

Namun, sampai saat ini, upaya itu belum mampu mengangkat harga garam rakyat. 

"Masalahnya sekarang garam tergantung kepada importir. Jadi, upaya kami untuk mendongkrak harga garam rakyat masih belum sukses," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Pamekasan, Totok Hartono, saat dikonfirmasi melalui telpon seluler.

Anggota DPR Achmad Baidowi saat berkunjung ke sejumlah gudang penyimpanan garam milik PT Garam di beberapa daerah di Indonesia, menemukan adanya 450.000 ton garam tidak terjual.

Ada pula garam rakyat sebanyak 180.000 ton yang juga tidak terjual. Bahkan stok garam milik PT Garam dua tahun yang lalu, juga ada yang tidak terjual.

Baca juga: Kronologi Tenggelamnya Kapal Pengangkut 18 Ton Garam di NTT

 

Tidak terjualnya garam tersebut, menurut Baidowi karena impor garam di Indonesia selama tahun 2019 sangat longgar. 

"Kami rekomendasikan kepada pemerintah agar tahun ini impor garam harus dikontrol super ketat. Kasihan garam rakyat dan garam milik pemerintah tidak terjual dan harganya anjlok," ungkap Baidowi. 

Selain itu, Wakil Ketua Badan Legislasi Nasional ini meminta agar pemerintah betul-betul memeriksa kualitas garam dalam negeri yang distigma NaCl-rendah oleh pengusaha.

Temuan di lapangan, banyak garam yang kandungan NaCl-nya tinggi dan memenuhi syarat untuk garam industri. 

"Kalau milik PT Garam, banyak stoknya yang NaCl-nya mencapai 94 persen. Pemerintah jangan mudah dipengaruhi oleh importir tanpa crosscheck ke lapangan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com