Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Sekitar Sungai Deliksari Semarang Keluhkan Pembangunan Talut hingga Pencemaran Limbah Tahu

Kompas.com - 08/01/2020, 17:46 WIB
Riska Farasonalia,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Memasuki musim penghujan, sejumlah warga yang tinggal di wilayah rawan longsor di Kota Semarang diminta meningkatkan kewaspadaannya.

Hal tersebut menyusul terjadinya insiden tanah longsor di Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Semarang Selatan yang merupakan kawasan perbukitan.

Sejumlah warga yang tinggal di RT 05 RW 010 dikejutkan dengan ambrolnya talut di bantaran Sungai Deliksari pada Selasa (7/1/2020) dini hari.

Baca juga: Hujan Deras, Jalur ke Candi Gedongsongo Semarang Longsor

Tanah longsor tersebut memiliki panjang 20 meter dengan tinggi 3 meter berada di bawah jembatan yang terhubung dengan wilayah RT 08 RW 011.

Jaraknya hanya beberapa meter dari rumah Sugiarto (43) warga RT 5 RW 010.

Sugiarto mengaku mendengar suara talut ambrol selepas azan subuh.

Setelah kejadian itu, baru ada peninjauan ke lokasi oleh lurah Tandang beserta Danramil Tembalang pada pagi harinya.

Beruntungn tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

Hanya saja sejumlah warga yang tinggal di sekitar kawasan itu mengeluhkan longsornya talut disebabkan karena pembangunan yang tidak maksimal.

Suratno (48) warga RT 8 RW 011 mengungkapkan, pembangunan talut merupakan bantuan dari pemerintah.Namun, menurutnya pengerjaannya kurang maksimal.

"Dulu memang dibangun oleh pemerintah, seingat saya proses pengerjaannya sekitar 2 tahunan. Tapi memang kurang kokoh karena dibangun seenaknya sendiri, cuma ditempel-tempel gitu kurang merekat," jelas Suratno.

Suratno mengaku sudah tinggal di kawasan perbukitan itu sejak tahun 1971.

"Saya sejak kecil sudah tinggal di sini. Dulu hanya ada lima rumah di atas bukit-bukit, masih rindang karena banyak pohon randu, banyak ular besar-besar. Sekarang sudah banyak penduduk ularnya pada pergi. Pohon juga ditebang untuk lahan rumah," ungkap Suratno.

Meskipun tinggal di area perbukitan, Suratno tak merasa khawatir karena menurutnya rumah yang dibangun di atas tanah padasan tersebut cukup kuat.

"Dari dulu sudah bukit-bukit dari tanah padasan jadi masih asli dan kokoh. Kalau rumah-rumah di sini saya yakin aman enggak akan ada longsor. Dulu pernah ada badai besar sekali tapi enggak ada rumah yang longsor," ucap Suratno.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com