Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serum Anti Bisa Ular Terbatas, Peneliti Minta Keseriusan Pemerintah

Kompas.com - 05/01/2020, 22:16 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Banyaknya kasus kematian warga yang disebabkan gigitan ular berbisa belakangan ini menjadi perhatian sejumlah kalangan.

Menyikapi kondisi itu, pemerintah diminta untuk memperbanyak jumlah serum anti bisa sesuai jenis ular yang ada di Indonesia.

Peneliti di NK Research Universitas Brawijaya (UB) yang fokus terhadap herpetofauna, Ahmad Muammar Kadafi mengatakan, jumlah serum anti bisa yang dimiliki Indonesia masih sangat terbatas.

Hal itu berbanding terbalik dengan banyaknya jenis ular berbisa yang ada saat ini.

Disebutkan, dari literatur ada sekitar 77 jenis ular berbisa di Indonesia.

Baca juga: Punya 77 Jenis Ular Berbisa, Indonesia Darurat Anti Bisa

Meski secara umum ular itu hanya memiliki dua jenis bisa, yaitu neurotoksin dan hemotoksin.

Namun, setiap ular berbisa memiliki karakter dan kadar bisa masing-masing.

Karena itu, serum anti bisa sebaiknya disesuaikan dengan jenis ular yang ada.

"Sekarang Indonesia kayaknya sudah pada posisi benar-benar wajib untuk melakukan beberapa hal terkait pembuatan anti venom," katanya.

Hal serupa juga disampaikan Ketua Reptile Addict Malang (RAM), Hafid Andrian.

Menurutnya, pemerintah harus lebih serius dalam menyikapi bahaya bisa ular.

Pasalnya, saat memasuki musim penghujan ini kasus temuan ular berbisa cukup tinggi.

Tak jarang masuk ke permukiman warga.

Sehingga untuk mengantisipasi lebih banyak korban dari gigitan ular berbisa, pemerintah didorong untuk menghadirkan serum anti bisa sesuai jenis ular yang ada.

Dengan adanya serum anti bisa itu, diharapkan pengobatan yang dilakukan menjadi lebih efektif.

"Jadi harus punya satu anti bisa untuk satu jenis ular. Misalnya weling, anti bisa khusus untuk weling," ujar dia.

Penulis : Kontributor Malang, Andi Hartik | Editor : Khairina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com