“Makanya saya sarakan untuk menghindar, dan begitu sudah mendapatkan sinyal, sesegera mungkin untuk melakukan koordinasi dengan KRI yang ada,” jelasnya.
Hamid mengakui, sebagian besar nelayan Natuna adalah nelayan tradisional. Mereka rata-rata menggunakan kapal kecil saat menjaring ikan.
Sejumlah KRI saat ini telah banyak berjaga di kawasan perairan Natuna.
Namun saat KRI pergi mengisi bahan bakar atau persediaan makanan, KIA menerobos masuk.
Hamid menginstruksikan para nelayan berhati-hati jika bertemu atau bersinggungan dengan nelayan asing, seperti Vietnam atau China.
Baca juga: 3 Kapal Ikan Asing Asal Vietnam Ditangkap di Natuna, Curi Ikan di Perairan Pulau Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim telah menangkap tiga kapal Vietnam di perairan Natuna.
Hal itu dikemukakan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Edhy Prabowo saat berkunjung di lokasi budidaya ikan air tawar di Kampung Parung Serab, Kecamatan Soreang, Bandung, Kamis (2/1/2020).
"Kapal asing di Natuna kita terus melakukan gerakan-gerakan. Begitu saya dapat laporan dari masyarakat, kami langsung kirim orang dan kita menangkap tiga kapal Vietnam," katanya.
Dari tiga kapal itu, nelayan Vietnam yang ditangkap sebanyak 36 orang.
Dalam insiden penangkapan kapal asing tersebut, dua nelayan Vietnam tertembak lantaran melakukan perlawanan.
Baca juga: Masuknya Kapal China ke Perairan Natuna yang Diprotes Indonesia...
Dua nelayan asing Vietnam yang tertembak mendapatkan perawatan di rumah sakit di Pontianak.
"Terjadi perlawanan yang sangat sengit. Kapal kita dua mengalami kerusakan karena ditabrak, lambung kapal rusak, mesin kapal dua rusak," jelasnya.
Meski telah menangkap tiga kapal Vietnam, Edhy mengaku saat ini masih terdapat kapal asing China yang menerobos masuk ke perairan Natuna.
Pemerintah mencoba melakukan pendekatan persuasif agar kapal Coast Guard China menjauh dari wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di perairan Natuna.