KOMPAS.com - Sabtu (28/12/2019) malam hujan deras turun di wilayah Dusun Siria-ria A dan B, Desa Pematang dan Desa Hatapang, Kecamatan NA IX-IX, Labuhan Batu Utara.
Tak lama setelah hujan deras, banjir bandang menerjang dua desa tersebut pada Minggu (29/12/2019) dini hari.
Tercatat ada 36 rumah hanyut dan rusak berat, dan lima orang dari satu keluarga hilang.
Banjir bandang penuh kayu dan batu besar tersebut merusak 2 jembatan besar di jalan kabupaten dan 4 titi di dusun yang memicu longsor sepanjang 100 meter dengan kedalaman 5 meter.
Baca juga: Jasad Ibu dan Anak yang Hanyut Terbawa Banjir Labura Ditemukan
Lumpur, kayu dan batu yang besar juga merusak 15 hektar lahan pertanian dan 4 titik daerah irigasi rusak.
Bukan hanya itu, satu desa yakni desa Hatapang sempat terisolir.
Warga lagsung diungsikan ke tempat yang lebih aman dan posko utama langsung didirikan.
"Untuk sementara, warga mengungsi di tempat warga, rumah dan sekolah yang tempatnya lebih tinggi. Dan saat ini, komunikasi di sana masih agak sulit dan terbatas. Sore ini tim BPBD Provinsi Sumut tiba di sana untuk pendampingan," kata Riadhil Akhir Lubis, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Utara, Minggu.
Sementara itu Bupati Labura telah menetapkan status darurat terhitung sejak tanggal 30 Desember 2019 hingga 7 hari ke depan.
Baca juga: Banjir Bandang di Labura, Jasad Dua Anggota Keluarga yang Sebelumnya Hilang Sudah Ditemukan
Tim SAR gabungan mencari korban hilang ke arah kaki Gunung Bukit Barisan yang ditempuh sejauh 2 jam jalan kaki dalam kodisi normal.
"Sementara akses sulit akibat banjir," kata Riadhil.
Dua dari lima korban yang hilang ditemukan 5 hari setelah pencarian tepatnya Kamis, (2/2/2020) sekitar pukul 14.00 WIB.
Baca juga: Gubernur Edy soal Banjir Bandang Labura: Banyak Potongan Kayu, Berarti Ada Sesuatu
Mereka adalah ibu dan anak yakni Cahaya Nasution (27) dan Irul Sipahutar (7).
Dua jenazah ibu dan anak tersebut ditemukan di Desa Tanjung Selamat yang berjarak 30 kilometer dari kediaman mereka.