Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insiden Bocah 8 Tahun Ditampar Seorang Ibu Saat Pembagian Rapor, Trauma hingga Pelaku Jadi Tersangka

Kompas.com - 02/01/2020, 16:46 WIB
Rachmawati

Editor

Memutus rantai kekerasan terhadap anak

Afia, kerabat DA mengatakan bahwa sepupunya mengalami trauma karena ditampar di depan umum.

"Kondisinya selalu termenung, melamun mungkin masih terbayang apa yang dilakukan ibu itu. Saya sempat tanya, dia bilang masih sakit sampai sekarang," kata sepupu DA, Afia.

Ia mengatakan pihak keluarga telah menyerahkan kasus tersebut ke polisi.

"Sesuai hukumlah biar tidak terjadi lagi. Ibu-ibu yang lain yang tidak seenaknya dengan anak kecil," ujarnya.

Sementara itu, dilansir dari pemberitaan Kompas.com pada 30 Desember 2019, psikolog anak dari Pion Clinician, Astrid W.E.N, mengatakan siswa yang menjadi korban harus diperiksa fisik dan psikologisnya.

Baca juga: Kasus Penamparan Siswi SD di Makassar oleh Seorang Ibu, Berawal dari Gagang Sapu Ijuk

Selain itu pihak yang terlibat dalam kasus tersebut harus merunut kejadian tersebut untuk mengetahui cara pengajaran yang tepat bagi anak.

"Apakah mereka sering berantem, atau mereka baik baik saja. Jadi, kalau kita investigasi, kalau kita cek seperti itu, kita bisa tahu apakah ini memang kejadian kecelakaan semata, atau mereka berdua sering banget konflik," tutur Astrid.

Astrid mengatakan ada kemungkinan ibu yang menampar bocah di video tersebut belum mendapatkan edukasi tentang penyelesaian konflik.

"Itu seperti hukum rimba, atau bales-balesan. Itu enggak bakal selesai-selesai, dan kitanya enggak tambah efektif dalam menyelesaikan konflik-konflik dengan orang lain," lanjut Astrid.

Baca juga: Duduk Perkara Seorang Ibu Tampar Siswa SD di Makassar

Menurutnya jika kekerasan terus dilakukan akan dipahami oleh anak-anak bahwa kekerasan itu sesuatu yang wajar.

"Jadi, itu harus diputus dengan orangtua menyadari bahwa budaya kekerasan itu perlu untuk tidak dijadikan budaya lagi," ujar dia.

Orangtua yang melakukan penamparan ini juga sebaiknya diberikan pendampingan.

"Ibu yang menampar, itu khilaf, impulsif, kita juga betrtanya-tanya apakah dia biasa khilaf dan menampar, atau baru terjadi satu kali itu, atau cukup sering melakukannya, atau bahkan ke anak sendiri," ujar Astrid.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Hendra Cipto, Himawan, Mela Arnani | Editor: David Oliver Purba Jessi Carina, Inggried Dwi Wedhaswary)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com