Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Ikan Asing Merajalela di Perairan Natuna, Bupati Harap Nelayan Lebih Waspada

Kompas.com - 31/12/2019, 16:37 WIB
Hadi Maulana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NATUNA, KOMPAS.com – ­­­­­­­­­­­­­­Kapal Ikan Asing (KIA) saat ini mulai merajalela mencari ikan di Perairan Natuna, tepatnya sebelah Timur dan Utara Pulau Laut yang merupakan pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan.

Maraknya KIA tersebut mengundang komentar banyak pihak, salah satunya Bupati Natuna, Hamid.

Kepada Kompas.com, Bupati Natuna Hamid mengatakan dirinya sudah mendapatkan laporan mulai maraknya KIA mencari ikan di wilayah Natuna dari sejumlah nelayan Natuna.

Bahkan saat ini hal tersebut sudah ia laporkan ke Pemerintah Pusat dan berkoordinasi dengan TNI AL serta Bakamla.

Baca juga: Sejak Tak Ada Susi, Kapal Ikan Asing Merajalela Masuk Perairan Natuna, Nelayan Terancam

KIA menerobos masuk saat penjagaan lengah

“Saat ini sejumlah KRI sudah banyak yang berjaga, namun KIA tersebut tetap saja masuk saat KRI tidak ada atau melakukan pengisian bahan bakar dan persediaan makanan di pos pangkalan yang ada di Natuna,” kata Hamid melalui telepon, Selasa (31/12/2019).

Hamid mengaku dirinya sudah menginstruksikan kepada seluruh nelayan Natuna untuk berhati-hati apabila bertemu dengan nelayan asing, seperti nelayan Vietnam, Thailand hingga China.

Dia mengimbau kepada para nelayan, sebisa mungkin untuk menjaga keselematan diri dengan menghindar apabila bertemu dengan KIA.

“Sudah saya sarankan untuk menghindar apabila bertemu dan secepat mungkin untuk melakukan koordinasi dengan KRI yang ada disekitar perbatasan,” ungkapnya.

Baca juga: Bakamla RI Benarkan Kapal Asing Masuk Perairan Natuna

Nelayan Natuna diminta menyingkir saat bertemu KIA

Hamid mengaku saat ini nelayan Natuna masih terbatas alat navigasi, salah satunya radio. Meski sebagian kelompok nelayan ada yang sudah memiliki radio, namun jangkauan radio yang dimiliki masih tidak terlalu jauh.

 Sehingga susah untuk melakukan koordinasi apabila mereka berpapasan dengan KIA.

“Makanya saya sarakan untuk menghindar, dan begitu sudah mendapatkan sinyal, sesegera mungkin untuk melakukan koordinasi dengan KRI yang ada,” jelasnya.

Hamid juga meminta agar pemerintah pusat dapat mencarikan solusinya, sebab hal ini jika dibiarkan akan berdampak negatif kepada nelayan Natuna.

Untuk nelayan Natuna, Hamid mengaku rata-rata menggunakan kapal kecil saat melakukan penjaringan Ikan, sementara KIA rata-rata diatas 30 GT nya.

Sebab nelayan Natuna sebagia besar masih nelayan tradisional.

“Setidaknya nalayan Natuna untuk saat ini tidak lagi khawatir karena sejumlah KRI sudah standby dibeberapa titik yang kerap dimasukan KIA untuk melakukan pencurian ikan,” pungkasnya.

Baca juga: Selama 2 Hari, Menteri Susi Tenggelamkan 40 Kapal Pencuri Ikan di Pontianak dan Natuna

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com