Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir, Warga Kampar Buat Tempat Mengungsi Setinggi 4 Meter di Dalam Rumah

Kompas.com - 30/12/2019, 09:01 WIB
Idon Tanjung,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Ratusan rumah warga di Desa Tanjung Balam, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, terendam banjir. Sejumlah warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Para korban banjir di bantaran Sungai Kampar itu sebagian mengungsi ke rumah saudaranya. 

Pasalnya, ketinggian banjir di dalam rumah warga ada yang mencapai satu meter lebih.

Namun, warga lebih banyak yang memilih bertahan di rumah dengan membuat tempat mengungsi yang lebih tinggi di dalam rumahnya.

Salah satunya adalah Satar. Pria 51 tahun ini membuat tempat mengungsi dari papan berukuran sekitar 2x4 meter setinggi lebih kurang 4 meter di dalam rumahnya. Persis seperti rumah pohon.

Baca juga: 4 Kisah Warga Kampar Bertahan di Tengah Kepungan Banjir: Panen Sawit demi Sesuap Nasi hingga Berperahu Selamatkan 7 Kambing

Tempat tersebut ia buat untuk mengantisipasi ketinggian banjir terus bertambah.

"Kami di sini menyebutnya salang. Jadi setiap kali banjir saya buat salang tempat mengungsi biar aman," sebut Satar saat ditemui Kompas.com, Minggu (29/12/2019).

Dia mengatakan, banjir merendam rumahnya sudah terhitung lebih kurang 20 hari akibat luapan Sungai Kampar. 

Ketinggian banjir di dalam rumahnya mencapai satu meter. Meski rumahnya dibuat bangunan panggung dari kayu.

"Rumah saya ini tingginya 130 sentimeter dari dasar tanah, tapi rupanya masih masuk air. Rumah panggung memang saya buat untuk antisipasi banjir yang terjadi hampir setiap tahun," kata Satar.

Di rumah panggung itu ia tinggal bersama istri, anak dan menantu. Tapi istrinya sejak beberapa lalu sudah mengungsi akibat lamanya genangan banjir.

"Istri mengungsi ke rumah saudara. Saya masih di rumah tidur di atas meja. Anak dan mantu tidur di salang," sebut Satar.

Satar mengaku membutuhkan bantuan makanan. Sebab, sejumlah bantuan sembako yang diterima sebelumnya sudah mulai menipis.

Sementara dia tidak bisa bekerja akibat bencana alam tersebut. Apalagi sejak empat hari terakhir Satar mengaku sakit.

"Yang dibutuhkan bantuan makanan. Tapi sekarang tidak bisa bekerja karena banjir. Mau keluar pun susah nggak ada sampan. Saya pun baru sembuh dari sakit," akui pria yang bekerja sebagai nelayan dan mencari pasir ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com