Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov Bali Petakan 25 Titik Peternakan Babi yang Beresiko Terkena African Swine Fever

Kompas.com - 27/12/2019, 14:32 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Bali telah memetakan 25 titik peternakan di Bali yang berisiko tinggi terhadap penularan demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

Sebab, 25 titik tersebut masih memanfaatkan pakan sisa atau limbah dari hotel, restoran, dan katering (horeka) yang dinilai membuat potensi penularan ASF tinggi.

"Masih banyak peternak di Bali yang memanfaatkan sisa makanan dari horeka. Kita petakan ada 25 titik risiko sangat tinggi tehadap penularan terhadap virus ASF," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali I Wayan Mardiana, Jumat (27/12/2019) siang.

Baca juga: Makanan Sisa dari Pesawat di Bali Dimusnahkan untuk Cegah Wabah Flu Babi Afrika

Mardiana menjelaskan, 25 titik peternakan tersebar di sembilan kabupaten dan kota di Bali.

Dengan peternak terbanyak ada di Denpasar yang jumlahnya sekitar 140 peternak.

Sementara sisanya adalah Badung 44 peternak, Bangli 9 peternak, Buleleng 4 peternak, Gianyar 8 peternak, Jembrana 8 peternak, karangasem 12 peternak, Klungking 28 peternak dan Tabanan 1 peternak.

Keseluruhan populasi dari jumlah peternak yang berisiko tinggi ASF tersebut sebanyak 10.002 ekor babi.

Sementara total keseluruhan populasi babi di Bali mencapai kurang lebih 890.000 ekor.

Untuk mengawasi 25 titik tersebut, pihaknya sudah menugaskan petugas Dinas Peternakan di tiap kabupaten dan kota melakukan pengawasan dan pemantauan.

Petugas akan mengambil sampel pakan dari para peternak tersebut. Selanjutnya bila ada kematian ternak babi peternak harus melaporkan ke petugas setempat.

"Syukur sampai saat ini Bali masih aman dari ASF," kata dia.

Ia menambahkan, para peternak ini masih diperbolehkan menggunakan limbah horeka.

Namun, dengan catatan harus memanaskan atau dimasak dengan suhu 70 derajat celcius dengan harapan virus mati.

"Karena virus ini belom ada obatnya dan vaksinnya. Negara maju juga belum menemukan obatnya atau vaksin virus ASF ini," ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali melarang makanan sisa dari pesawat diberikan ke hewan ternak. 

Baca juga: Soal Demam Babi Afrika, Ini yang Dilakukan Mentan

Aturan itu diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus flu babi Afrika menyebar di Bali. Saat ini, di Bali ada 890.000 ekor ternak babi.

Larangan makanan sisa dari pesawat diberikan ke ternak sudah berlaku sejak awal Desember 2019.

"Kita minta maskapai pernebangan maupun otoritas bandara agar semua pesawat sisa makanan yang dari negara virus itu harus dimusnahkan di Bandara. Dan mereka sudah sanggup dan surat pernyataan juga sudah ada," kata I Wayan Mardiana, Kamis (26/12/2019).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com