DENPASAR, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Bali telah memetakan 25 titik peternakan di Bali yang berisiko tinggi terhadap penularan demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).
Sebab, 25 titik tersebut masih memanfaatkan pakan sisa atau limbah dari hotel, restoran, dan katering (horeka) yang dinilai membuat potensi penularan ASF tinggi.
"Masih banyak peternak di Bali yang memanfaatkan sisa makanan dari horeka. Kita petakan ada 25 titik risiko sangat tinggi tehadap penularan terhadap virus ASF," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali I Wayan Mardiana, Jumat (27/12/2019) siang.
Baca juga: Makanan Sisa dari Pesawat di Bali Dimusnahkan untuk Cegah Wabah Flu Babi Afrika
Mardiana menjelaskan, 25 titik peternakan tersebar di sembilan kabupaten dan kota di Bali.
Dengan peternak terbanyak ada di Denpasar yang jumlahnya sekitar 140 peternak.
Sementara sisanya adalah Badung 44 peternak, Bangli 9 peternak, Buleleng 4 peternak, Gianyar 8 peternak, Jembrana 8 peternak, karangasem 12 peternak, Klungking 28 peternak dan Tabanan 1 peternak.
Keseluruhan populasi dari jumlah peternak yang berisiko tinggi ASF tersebut sebanyak 10.002 ekor babi.
Sementara total keseluruhan populasi babi di Bali mencapai kurang lebih 890.000 ekor.
Untuk mengawasi 25 titik tersebut, pihaknya sudah menugaskan petugas Dinas Peternakan di tiap kabupaten dan kota melakukan pengawasan dan pemantauan.
Petugas akan mengambil sampel pakan dari para peternak tersebut. Selanjutnya bila ada kematian ternak babi peternak harus melaporkan ke petugas setempat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.