Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kata Ayu Selisa, Kerangka yang Ditemukan di Septic Tank pada Ibunda Sebelum Menghilang

Kompas.com - 26/12/2019, 20:07 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Keluarga Ayu Selisa (kemarin ditulis Ayu Shelisa), kerangka yang ditemukan di septic tank di Karangjati RT 07 Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, berharap polisi bisa mengungkap penyebab meninggalnya anak perempuannya. 

Ibunda Ayu Selisa, Anik Maidarningsih (51) saat ditemui di rumahnya di Badran RT 39 RW 9, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, menceritakan, Seli panggilan almarhum Ayu Selisa menikah dengan Edi Susanto pada usia cukup belia, yakni 16 tahun.

Saat itu, Edi sekitar umur 19 tahun. 

Setelah menikah, keduanya hidup berdua layaknya suami istri pada umumnya. Namun seiring berjalannya waktu, biduk rumah tangga pasangan muda ini terbuka.

Baca juga: Terungkap, Identitas Kerangka Manusia di Dalam Septic Tank di Bantul

Di usia satu tahun pernikahan,  Edi yang tampak ramah di hadapan mertuanya ternyata kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada Seli.

Hal itu terungkap, ketika Seli menceritakan kehidupan pernikahannya kepada Anik.  Edi bekerja sebagai buruh serabutan,  Seli tak kerja.

“Pernah kasar, pernah cerita dislomoti (sundut) rokok. Sering nangis pengen pisah. Saya sebagai orang tua cuma bisa ngandani (memberitahu supaya sabar),” ujarnya kepada wartawan Kamis (26/12/2019)

Sampai akhirnya, pada 2009, Seli menghilang secara misterius. Tak ada kabar. Sejak terakhir bertemu 2008, Anik terus berupaya mencari ke rumah di Karangjati RT 07, dijawab pergi oleh Edi maupun keluarganya.

Memang sejak anaknya menikah, Seli dan Edi sering bertandang ke rumahnya, jika tak datang biasanya dirinya sering berkunjung.

“Seminggu enggak kelihatan ke sini saya sering ke sana (Karangjati),” ucapnya. 

Seli memiliki saudara kembar Leli.

Keyakinan Leli, yang sampai saat terakhir penemuan kerangka masih berpikir positif jika adiknya masih hidup, pun sirna. 

Berkaca, dari peristiwa sejak awal menikah sampai hilang. Anik berkeyakinan, Edi yang meninggal dunia 50 hari lalu sebagai pelaku bunuh diri adalah orang yang paling bertanggung jawab. 

“Menurut saya Edi. Saya yakin juga ada yang ngrewangi (membantu),” ujarnya. 

Untuk saat ini, lanjut Anik, dirinya hanya bisa berharap kasus ini dibuka oleh polisi. Siapa pun yang bertanggung jawab kematian putrinya harus dihukum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com