Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hangatnya Toleransi di Lereng Gunung Merbabu yang Dingin

Kompas.com - 25/12/2019, 20:22 WIB
Dian Ade Permana,
Khairina

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Dinginnya Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang seolah tak dirasakan warga.

Dusun di lereng Gunung Merbabu tersebut beberapa hari ini terus diguyur hujan.

Namun, suasana tersebut terasa hangat karena kebersamaan warga yang merayakan Hari Raya Natal.

Hari Raya Natal di Dusun Thekelan tak hanya dirayakan warga yang beragama Nasrani.

Perayaan tersebut menjadi 'milik' seluruh warga, baik yang beragama Islam maupun Budha.

Baca juga: Grup Rebana Pondok Pesantren Iringi Nyanyian Natal di Gereja Mater Dei Semarang

Pemuda Theravada Indonesia (Patria) Vihara Buddha Bhumika, Thekelan, Santi Herawati, mengatakan dirinya sudah terbiasa membantu warga Muslim dan Nasrani jika memiliki hajat maupun saat perayaan hari besar keagamaan.

"Silaturahmi dan gotong royong ini sudah berjalan lama, turun-temurun," ungkapnya, Rabu (25/12/2019).

Dia mengaku bangga sebagai warga Thekelan karena di kampungnya menjunjung toleransi.

"Walaupun berbeda keyakinan, kita harus bisa menghormati, menghargai, dan tetap menjaga silaturahmi,” ungkapnya.

Baca juga: Ratusan Jemaah Gereja Gelar Kebaktian Natal di Monas untuk Ketuk Hati Presiden

Pendeta Petrus Sukiman ketika Misa Perayaan Natal di Gereja GPdI Jemaat El Shadai, mengatakan, tema Natal tahun ini, "Hiduplah Sebagai Sahabat Semua Orang", mengajak semua orang untuk mengedepankan toleransi umat beragama.

“Kami bersyukur berada di Thekelan, karena semua warganya guyub. Antar agama bisa saling bertemu dalam acara keagamaan. Yang datang ketika perayaan Natal pun, tidak sekadar umat Kristiani saja melainkan ada warga Muslim dan Budha,” katanya.

Dia memperkirakan, ada sekitar 500 orang yang ikut merayakan Natal.

“Tanggapan warga sangat positif, saya jarang melihat apa yang terjadi seperti di Thekelan. Dan mereka tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain, karena toleransi dan saling menghormati sangat ditunjung tinggi,” ungkapnya.

Kadus Thekelan Supriyo Tarzan mengatakan, setiap tahun ada empat perayaan yang melibatkan semua lapisan masyarakat berbeda agama, yakni ketika Idul Fitri, Waisak, Natal, serta ketika sedekah dusun atau Saparan.

“Alhamdulilah, dalam empat tahun terakhir ketika perayaan hari besar keagamaan ada kegiatan doa bersama, mengucapkan hari raya, dan bersalaman saling memaafkan. Harapan kami, apa yang terjadi di sini minimal bisa diterapkan di dusun atau desa tetangga dan di Indonesia pada umumnya,” kata Supriyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com