Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Kisah Pemelihara Ular di Sejumlah Daerah, dari Tidur Bersama hingga Tewas Saat Mandikan Ular

Kompas.com - 23/12/2019, 07:45 WIB
Pythag Kurniati

Editor

3. Steve Ewon, bangun rumah ular di Bandung Barat 

Bermula dari menemukan beberapa ekor ular di rumahnya, Steve Ewon menggagas rumah ular di Kampung Cisarua, Desa Kertawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Rumah ular dibangun di lahan 100 meter persegi. Sebuah pagar pembatas mengelilingi tempat tersebut.

Keprihatinan Steve Ewon pada habitat ular juga melandasi hadirnya rumah ular ini. Ia berharap tempat tersebut dapat menjadi ruang pelestarian ular.

Steve prihatin, banyak hutan yang saat ini fungsinya diubah menjadi kebun sawit maupun perumahan.

"Bisa jadi ular cuma hanya didengar sebagai cerita saja oleh anak cucu kita. Selain melestarikan, tempat ini juga sebagai simulasi saja kalau ular bisa dipelihara. Tapi sebaiknya jangan dipelihara jika tidak memiliki ilmunya,” bebernya, Rabu (26/6/2019).

Tak kurang 12 ekor ular sanca telah menjadi penghuni rumah ular yang dibuat pria asal Majalengka, Jawa Barat tersebut.

Dalam kurun waktu satu minggu, setidaknya Steve Ewon menyediakan 30 ekor ayam. Masyarakat dan komunitas biasanya juga mendonasikan ayam untuk pakan ularnya.

Baca juga: Ular Kobra, Ular Berbahaya dan Mematikan

4. Rizky tewas dipatuk ular kobra peliharaannya

Foto Rizky sedang bermain dengan ular king cobra saat Car Free Day (CFD) di Bundaran Besar Palangkaraya, Minggu (8/7/2018).Handout/Rizky Ahmad Foto Rizky sedang bermain dengan ular king cobra saat Car Free Day (CFD) di Bundaran Besar Palangkaraya, Minggu (8/7/2018).

Rizky, pemuda asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah menyelamatkan dan merawat seekor king kobra saat banjir melanda daerah tersebut.

King kobra sepanjang tiga meter itu ia temukan terjerat jaring penangkap ikan milik warga.

Lebih dari satu bulan, Rizky yakin ular kobranya sudah cukup jinak. Ia pun membawa ular tersebut ke Car Free Day (CFD) di Bundaran Besar Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Minggu (8/7/2019) adalah hari nahas bagi Rizky. Ia tewas setelah king kobra itu mematuk lengan kanan Rizky saat beratraksi di CFD.

Usai dipatuk, Rizky masih melanjutkan atraksinya. Tak berselang lama, ia lemas, ambruk dan dilarikan ke rumah sakit.

Meski pihak rumah sakit menyatakan Rizky telah meninggal, namun keluarga tidak begitu saja menerima.

Keluarga masih mengupayakan ritual agar Rizky bisa pulih seperti semula.

“Walau sudah memasuki hari kedua, namun kami tetap yakin bahwa anak kami belum meninggal karena badannya masih hangat dan berkeringat,” katanya.

Rizky akhirnya dimakamkan oleh keluarganya pada Kamis (12/7/2019) di Pemakaman Muslim, Palangkaraya.

Baca juga: 5 Fakta Teror Ular Kobra yang Tewaskan 4 Warga di Gowa, Digigit Saat Berkebun hingga 2 Meninggal di Tempat

5. Sepuluh tahun berdampingan dengan 10 ular sanca

Munding Aji (30), pemuda asal RT 002, RW 001, Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, saat bergumul dengan ular sanca batik (Pyton reticulatus) raksasa koleksinya, Kamis (21/6/2018). Sedikitnya ada 10 ular sanca raksasa yang dia koleksi dalam 10 tahun terakhir dengan tak kurang dari 100 ekor ayam dia berikan untuk pakan ular-ular koleksinya setiap bulannya.KOMPAS.com/M IQBAL FAHMI Munding Aji (30), pemuda asal RT 002, RW 001, Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, saat bergumul dengan ular sanca batik (Pyton reticulatus) raksasa koleksinya, Kamis (21/6/2018). Sedikitnya ada 10 ular sanca raksasa yang dia koleksi dalam 10 tahun terakhir dengan tak kurang dari 100 ekor ayam dia berikan untuk pakan ular-ular koleksinya setiap bulannya.

Berawal dari melihat foto seekor ular kecil di media sosial, pria bernama Munding Aji (30) jatuh hati. Saat itu usia Munding baru 20 tahun.

Ular yang kemudian ia beri nama Syahrini tersebut, ia rawat sepenuh hati. Sepuluh tahun kemudian, Syahrini tumbuh hingga panjangnya mencapai 9 meter.

Selain Syahrini, pemuda asal Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen itu juga hidup berdampingan dengan sembilan ular lainnya.

Seluruhnya berjenis sanca batik (Pyton reticulatus). Ular-ular tersebut juga diberi nama Shelly, Jenny, Cindy, Vira, Amel, Rambo hingga Faldi.

“Yang paling tua itu Rambo dan Syahrini, sudah 10 tahun, panjangnya sekitar 9 meter dan diameter perut 60 centimeter, tapi kalau makan (ukuran perut) bisa elastis sampai empat kali lipat,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com