Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budayawan Ajak Perempuan Indonesia Kembali Pakai Kebaya

Kompas.com - 22/12/2019, 09:41 WIB
Farida Farhan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai budayawan Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyebut kebaya memiliki makna mendalam meski terlihat sederhana.

Ia pun mengajak masyarakat kembali menggunakan kebaya yang kini sudah mulai ditinggalkan.

“Ini merupakan pengenalan kembali kebaya nusantara yang sudah mulai ditinggalkan oleh anak-anak kita. Tidak hanya kebaya Sunda, di sini juga ada kebaya Jawa, Bali dan pakaian tradisional daerah lainnya,” kata Dedi saat mengisi kegiatan reses melalui Festival Kebaya Nusantara di Kabupaten Purwakarta hasil kerja sama dengan Pemda Purwakarta, Sabtu (21/12/2019).

Baca juga: 9 Kasus Warga Negara Asing di Tanah Air, Lecehkan Tempat Suci hingga Curi Kebaya di Butik

Menurut Dedi, kebaya merupakan pakaian warisan leluhur. Meski terlihat sederhana, dalam sehelai kain kebaya memiliki makna yang mendalam.

Dari segi bentuk, kata Dedi, kebaya juga melambangkan karakter masyarakat Indonesia yang ceria, anggun, lemah lembut dan bersahaja.

Dedi mengatakan, setiap perempuan yang mengenakan kebaya sudah pasti memperhatikan etika dan estetika dalam kehidupannya.

Sebab, ada sejumlah aturan yang harus diikuti saat mengenakannya.

“Kebaya memang terlihat sederhana, tetapi memiliki makna yang sangat dalam,” ujar pria yang juga wakil ketua Komisi IV DPR RI itu.

Salah satu kebaya yang memiliki filosofi mendalam adalah berasal dari Sunda.

Pakaian yang identik dengan samping jangkung gelung jucung ini sejak dulu melengkapi kecantikan para perempuan Sunda.

Samping jangkung yang dipakai di atas mata kaki selain menampilkan sosok perempuan elegan namun tetap menjaga karakternya sebagai seorang feminis.

Jangkung atau tinggi merupakan ciri keadaban perempuan Sunda.

“Gelung jucung sebuah tata rambut yang dibuat simpul tertentu di atas kepala, tidak ngawigwig (terurai),” ujar Dedi.

Sebagai budayawan dan politisi, di masa kepemimpinan Dedi Mulyadi sebagai bupati Purwakarta, kebijakan penggunaan pakaian adat sangat melekat di masyarakat.

Baca juga: Turis Asing Curi Kebaya, Ketahuan Setelah Posting Foto Selfie di Instagram

Penggunaan kebaya untuk perempuan dan pangsi untuk laki-laki digunakan oleh para pelajar hingga para pegawai pemerintah.

Penggunaannya pun tidak terikat untuk waktu tertentu, tapi kebaya dan pangsi sudah menjadi pakaian sehari-hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com