"Refleks aja terbawa suasana yang sangat bersemangat. Wajar lah," tulis Prabowo, seperti dikutip dari Tribunnews.
Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Aksi Buka Baju Prabowo Subianto di Subang | Pria Mengamuk di BNI Dumai
Salah satu peristiwa saat Pemilu 2019 yang menjadi sorotan adalah anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang meninggal.
Hal itu mengundang kritikan sejumlah tokoh, antara lain Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi.
“Banyaknya petugas KPPS yang meninggal membutuhkan penyikapan yang serius dari pemerintah. Setelah proses pemilu selesai ini harus dievaluasi segera oleh pemerintah,” kata Dedi melalui sambungan telepon, Jumat (19/4/2019).
Dedi menambahkan, kasus tersebut merupakan potret dari proses Pemilu 2019 yang melelahkan semua pihak.
Terutama saat proses pemungutan suara yang menggabungkan pemilihan presiden, DPR hingga DPRD tingkat kabupaten/kota. Penghitungan suara keseluruhan memakan waktu sangat lama.
“Ini pemilu paling melelahkan, memakan waktu dari pagi hingga malam,” ujarnya.
Baca juga: Banyak KPPS Meninggal Kelelahan, Golkar Desak Pemilu Serentak Dievaluasi
Menjelang coblosan, sebuah video ibu-ibu yang menyebut jika Jokowi terpilih kembali, tidak akan ada azan lagi, viral di media sosial.
Video tersebut salah satunya diunggah akun Instagram indozone.id. Saat itu, emak-emak di dalam video diduga mencoba memengaruhi warga agar tidak memilih Jokowi pada pilpres mendatang.
"Moal aya deui sora azan, moal aya deui nu make tiyung. Awewe jeung awewe meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin. (Tidak ada lagi suara azan, tidak ada lagi yang memakai kerudung. Perempuan sama perempuan boleh menikah, laki-laki sama laki-laki boleh menikah)," kata perempuan dalam video tersebut.
Pihak kepolisian pun akhirnya menangkap dan memproses secara hukum ketiga perempuang yang ada di video tersebut.
Baca juga: Polisi Periksa 15 Saksi Ahli soal Kasus Video "Jika Jokowi Terpilih, Tidak Lagi Ada Azan"
Salah satu caleg dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) berinisial KS (53), menjadi tersangka pembakaran kotak dan surat suara Pemilu 2019 di Desa Koto Padang, Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungai Penuh, Jambi.