KOMPAS.com - Banjir bandang melanda Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Pemerintah daerah setempat memperpanjang masa tanggap darurat hingga 26 Desember 2019.
Menurut Bupati Solok Selatan, Muzni Zakaria, banjir mulai melanda pada 22 November. Selang dua hari, banjir kembali melanda di sejumlah titik dan disusul banjir pada 13 Desember.
Akibatnya, ada empat kecamatan yang dilanda banjir cukup parah yaitu Koto Parik Gadang Diateh, Sungai Pagu, Pauh Duo dan Sangir Batang Hari.
Sementara itu, salah satu jembatan di Kecamatan Koto Parik Gadang, ambrol. Aktivitas warga pun terganggu.
Baca fakta lengkapnya:
Menurut Muzni, saat ini akses transportasi warga di Nagari Pakan Rabaa, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) terganggu akibat ambruknya jembatan Sungai Pangkua.
Dampaknya adalah sekitar 6.000 warga harus jalan memutar 10 kilometer melalui Balun.
Kondisi tersebut membuat sekitar 1.600 anak sekolah terkena dampaknya, karena di daerah itu hanya ada empat sekolah yaitu SMAN 5 Solsel, MTsN Pakan Rabaa, 2 Sekolah Dasar Negeri, serta 1 Kantor Urusan Agama.
"Ini belum selesai. Selain itu masih ada lahan pertanian warga yang terdampak. Mudah-mudahan dalam 7 hari ke depan bisa selesai," kata Muzni.
Baca juga: Banjir Solok Selatan, 6.000 Warga Memutar Jalan 10 Km Akibat Jembatan Ambruk
Akibat banjir, 18 kepala keluarga terpaksa direlokasi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok Selatan.
Pemkab Solok Selatan juga membiayai rumah bagi 18 KK tersebut hingga dibangun rumah hunian sementara (huntara).
"Mereka yang rumahnya hancur akibat banjir bandang saat ini kita hunikan di rumah warga yang kita sewakan sampai 6 bulan ke depan," kata Muzni.
Baca juga: 18 KK Korban Banjir Solok Selatan Direlokasi ke Rumah Sewa dan Dibantu Rp 300.000 Per Bulan