GRESIK, KOMPAS.com - Impor garam yang masih tinggi membuat para pemangku kebijakan melakukan berbagai macam terobosan.
Salah satunya dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan PT Garam (Persero).
Keduanya bekerjasama menerapkan alat bantu pengolahan pemurnian di pabrik PT Garam yang ada di Gresik, Jawa Timur.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) yang juga Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, dengan penggunaan alat pengolahan ini, ia optimistis akan mampu secara perlahan meminimalisasi kebutuhan akan garam impor di Indonesia.
"Ini tahapan pertama kita, berupaya mengurangi kebutuhan impor akan garam industri," ujar Bambang, di sela agenda komisioning pilot project garam industri terintegrasi di pabrik PT Garam Gresik, Jumat (20/12/2019).
Baca juga: Menteri KKP: Indonesia Impor Garam karena Terpaksa
Bambang menjelaskan, selama ini memang banyak pertanyaan terkait banyaknya garam yang dihasilkan oleh para petani.
Namun, tetap saja garam impor masih banyak ditemukan untuk mencukupi kebutuhan industri di Indonesia.
Hal tersebut tidak lain karena kandungan natrium chloride (NaCl) garam yang dihasilkan oleh para petani masih rendah.
Sehingga belum mencukupi untuk langsung digunakan oleh industri yang membutuhkan. Ini perlu pengolahan lebih lanjut.