Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ones, Guru Pedalaman Papua Dapat Beasiswa di Rusia, Ingin Bangun Sekolah di Kampung Halaman

Kompas.com - 16/12/2019, 09:59 WIB
Rachmawati

Editor

'Pulang bangun sekolah'

"Kalau kita hanya menonton, setelah tahu kita tidak bisa tidak berbuat apa-apa, itu mematikan diri kita sendiri."

Kepada Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan yang baru, ia ingin mengingatkan penyesuaian dalam buku-buku pendidikan di Indonesia.

Ia mencontohkan moda transportasi di pegunungan Papua yang masih terbatas.

"Macam contohnya begini, ada kalimat ibu pergi naik kereta. Di Papua tidak ada kereta, anak-anak bingung dan guru tidak mengerti juga. Kalau bisa, saya tidak tahu apa ada rencana bikin kurikulum baru, sesuaikan dengan konteks yang ada di daerah masing-masing."

"Yang selalu ingatkan saya untuk tidak menyerah dan maju terus itu pikiran tadi, setelah saya selesai saya ingin menyerap metode-metode mengajar dari sini setelah itu pulang ke sana bangun sekolah. Kalau saya tidak selesai, itu tidak akan ada. Jadi itu yang tantang saya terus," katanya.

"Saya cuma ingin bertahan, dari pikiran itu saya jadi terpacu belajar banyak."

Baca juga: SMA Selamat Pagi Indonesia, Inspirasi Kolaborasi Pendidikan Indonesia

 

'Bukan keputusan bagus'

Ones dan Rex Rumabar, mahasiswa Papua yang mendapat beasiswa di Moscow. dok pribadi Onesimus Ones dan Rex Rumabar, mahasiswa Papua yang mendapat beasiswa di Moscow.
Terkait dengan pulangnya sekitar 2.000 mahasiswa Papua dari Jawa dan pulau lain setelah dugaan kasus rasis di Surabaya Agustus lalu, Ones mengatakan itu bukan keputusan tepat.

"Saya juga kan orang dari Papua, saya juga pikir ke situ. Tapi secara pribadi, menurut saya untuk putus sekolah, baru pulang, itu bukan keputusan yang bagus. Belum saatnya, karena kita masih belum siap. Masih banyak yang harus dibangun," kata dia.

"Belajar banyak, setelah itu baru bisa."

Total ada 25 pelajar asli Papua yang dinyatakan lolos seleksi beasiswa ke Rusia, pada September lalu.

Baca juga: Perkenalkan, Ini Dua Maskot untuk PON XX Papua 2020

Pendanaannya ada yang bersumber dari beasiswa penuh Pemerintah Papua, ada pula yang dari beasiswa bersama antara pemerintah Rusia dan Papua.

Para pelajar tersebut datang bertahap ke Rusia, kemudian disebar ke berbagai kota, terentang antara Kaliningrad dan Siberia.

Ones salah satu yang tiba pertama.

Wakil Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Rusia, merangkap Belarus, Azis Nurwahyudi, menilai kedatangan pelajar-pelajar asal Papua langkah positif, khususnya dalam memperkenalkan Indonesia secara utuh.

Baca juga: 42 Tahun Tinggal di Papua dan Dirikan 7 Sekolah, Pria Asal Amerika Ini Resmi Jadi WNI

"Rusia sangat potensial, tidak kalah mutu pendidikannya. Hadirnya anak-anak Papua semakin memperlihatkan betapa beragamnya Indonesia," kata Aziz.

Tahun ini, jumlah penerima beasiswa asal Papua meningkat tajam, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya satu atau dua orang.

Pelajar Papua yang pertama kali tiba di Rusia pada 2014 adalah Ebius Kogoya yang menyelesaikan magister di Cherepovets State University dan John Gobai yang juga menamatkan studi magister bidang Fisika di Peter The Great St Petersburg Polytechnic University.

Satu lagi yang lulus tahun ini, Agustinus Yahya Tenouye, dari studi magister bidang Kebijakan Publik di National Research University, Higher School of Economics.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com