Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TEDxJalanTunjunganWomen: Sebarkan Ide Pendidikan Seks hingga Menggali Potensi Perempuan

Kompas.com - 16/12/2019, 06:30 WIB
Ghinan Salman,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - TEDxJalanTunjungan kembali hadir tahun ini dengan mengusung tema perempuan, kesetaraan, dan pendidikan seks.

Tema "Make it Matter!" diangkat dalam konferensi ini untuk menunjukkan ide-ide mengenai pendidikan seksual yang hingga saat ini masih tabu dibahas di kalangan masyarakat Indonesia.

Lead Organizer TEDxJalanTunjungan Janice Budihartono mengatakan, konferensi ini hadir dengan lisensi TEDxWomen pertama dengan nama resmi TEDxJalanTunjunganWomen.

Melalui kegiatan ini, ia berharap dapat menyebarkan ide mengenai pendidikan seksual dari beberapa sektor yang jarang dibahas.

Selain itu, menggali potensi-potensi perempuan yang dapat berkontribusi dan meraih prestasi di bidangnya masing-masing.

"Terlebih bila ada sisi positif yang dapat diaplikasikan mampu memunculkan generasi-generasi baru dengan ide yang tak kalah hebatnya. Tentunya nanti akan bermanfaatkan bagi lingkungan sekitar kita," kata Janice membuka konferensi di hall Spazio Tower, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (14/12/2019).

Baca juga: Di Balik Kisah Dosen UGM Gendong Anak Mahasiswanya di Kelas

Kegiatan ini diikuti peserta dari berbagai kalangan, mulai dari sektor pendidikan hingga profesional. Walaupun memiliki titel Women, tapi acara ini tidak membatasi gender apapun untuk ikut terlibat.

Di samping itu, para pembicara juga dihadirkan untuk membagikan ide dan gagasan mengenai isu gender dan pendidikan seksual.

Peserta juga diharapkan mampu mentransformasikan ide dan gagasan dari para pembicara dalam lingkungan dan kehidupan mereka.

Ginatri S Noer atau Gina S Noer, penulis, produser, dan juga sutradara film Dua Garis Biru, menjadi salah satu pengisi acara dalam konferensi TEDxJalanTunjunganWomen.

Mula-mula, Gina bercerita tentang kisah hidupnya di masa kecil. Saat Gina dilahirkan, orangtua sudah berusia 40 tahun.

Semasa kecilnya, ia tidak pernah mendapatkan pendidikan seks dari orangtuanya. Sebab, ayah dan ibu Gina bukanlah orangtua yang bisa membicarakan seks secara terbuka.

"Jadi orang tuasaya, ibu saya tepatnya, baru bicara soal seks sat usia saya 19 tahun. Dua tahun sebelum saya menikah di usia 21 tahun," kata istri Salman Aristo itu, yang juga seorang penulis skenario film, produser, dan sutradara.

Percakapan soal seks dengan ibunya terjadi saat Gina hendak cuci muka di kamar mandi.

Ibu Gina kemudian masuk ke kamar mandi dan mengatakan, "Gina, kamu jangan macem-macem, tubuh kamu berharga. Setelah itu ibu saya keluar dan saya bengong sendiri di kamar mandi. Dan itu adalah percakapan pertama dan terakhir (soal seks) sepanjang hidup saya," tutur dia.

Peraih Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2019 kategori Penulis Skenario Asli Terbaik lewat film Dua Garis Biru itu mengatakan, yang menjadi masalah adalah ia mulai penasaran tentang seks sejak berusia 5 tahun.

Bahkan, rasa penasaran terhadap seks itu berlanjut hingga ia duduk di bangku SMA.

Tanpa dibekali pendidikan seks, Gina beruntung tidak melakukan hal di luar batas, tanpa mengetahui konsekuensinya.

Melalui Dua Garis Biru, Gina sebagai penulis skenario film sekaligus sutradara debutan mengaku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, seperti orangtuanya, yang tidak mengenalkan pendidikan seks secara terbuka sejak ia kecil.

"Saya ingin memberikan pendidikan seks yang komprehensif, karena saya ingin tahu bahwa betapa makin sulitnya besok ketika anak saya lahir di dunia yang seperti sudah ada di telapak tangan, yaitu di handphone," ujar dia.

Ia menyampaikan, ada beberapa orang dewasa yang menyebut Dua Garis Biru sebagai film yang berbahaya dan tidak layak ditonton.

Meski begitu, Gina mengaku kagum dengan generasi saat ini karena memilih membangun gelombang keberanian untuk memahami pendidikan seks.

Sebab, hal itu tidak pernah mereka dapatkan dari orang dewasa, generasi boomer.

"Di sosial media ada yang mengatakan, "kami, para anak muda justru butuh pendidikan seks. Kalian orang dewasa tidak pernah memberikannya kepada kami dan berlindung pada ketakutan," ujar Gina.

Menurut dia, banyak guru-guru di Indonesia, bahkan guru biologi yang melarang siswanya untuk menonton Dua Garis Biru.

Tipikal guru semacam itu disebut Gina tidak menggunakan rasionalitasnya dalam memandang seksualitas, juga tidak berusaha membuka ruang diskusi.

Seorang guru yang mempunyai keberanian dengan cinta yang rasional, kata Gina, akan memilih jalan sulit demi masa depan anak didiknya.

Pesan yang ingin disampaikan Gina adalah, sudah saatnya pendidikan seks yang masih dianggap tabu di masyarakat, perlu dibicarakan secara terbuka oleh siapapun, salah satubya orang tua dan guru kepada anak-anak yang mereka cintai.

Ruang diskusi sangat diperlukan untuk menyelamatkan masa depan anak-anak muda.

"Karena itu, kita membutuhkan cinta dan cinta yang rasional. Kita tidak bisa bergantung dengan film untuk menolong anak muda kita, tapi kita bisa menggunakan film untuk membuka ruang diskusi," ujar Gina.

"Mari kita memilih keberanian, mari kita memilih cinta, mari kita memilih rasionalitas," ucap Gina menambahkan.

Baca juga: Kisah Suami Tunanetra di Pedalaman Flores Setia Rawat Istri dan Anak yang Derita Gangguan Jiwa

Pembicara lainnya, Dwi Puspita Ningrum, dalang perempuan asal Purworejo, membuka penampilan dengan permainan wayang yang mengisahkan pertarungan Srikandi dan Mustokoweni.

Untuk bisa menjadi dalang, kata Dwi, ada banyak kemampuan yang harus ia kuasai. Mulai dari kemampuan vokal, menggerakkan wayang, menguasai sastra, cerita wayang, hingga pembuatan wayang.

Hal yang mendorong Dwi menjadi dalang karena adanya keinginan kuat untuk membuktikan diri bahwa perempuan bisa berkontribusi, menjadi apa yang dikehendakinya.

"Awalnya memang banyak kendala, termasuk hinaan. Orang-orang masih menanggap aneh, perempuan kok jadi dalang. Tapi ini menjadi cambuk bahwa wanita itu bisa sama dengan pria," kata dia.

Pelan namun pasti, kemampuannya sebagai dalang kini ia kuasai karena sejak kecil ia juga banyak belajar kepada ayahnya yang juga seorang dalang.

Sekadar diketahui, TEDxJalanTunjungan merupakan sebuah organisasi non-profit yang bermaksud untuk menyebarkan ide hebat ke khalayak umum melalui slogannya “Ideas Worth Spreading” yang berbasis di kota Surabaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com