Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecurigaan Orangtua Murid PAUD yang Tak Yakin Anaknya Hilang Terpeleset ke Parit

Kompas.com - 15/12/2019, 12:05 WIB
Zakarias Demon Daton,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Orangtua Yusuf Achmad Ghazali, Bambang Sulistio dan Melisari, meminta polisi membuka kemungkinan lain untuk proses penyelidikan kasus kehilangan anaknya.

Keduanya tak percaya jika Yusuf yang merupakan siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) itu disebut terpeleset ke parit dan dibawa arus banjir.

Yusuf adalah bocah berusia 4 tahun yang hilang di PAUD Jannatul Afhtaal Jalan Wahab Syaharie, Samarinda, Kalimantan Timur, pada 22 November 2019 lalu.

Dua pekan kemudian, warga menemukan jasad bocah tanpa kepala di dalam parit yang diduga sebagai jasad Yusuf.

"Kami pihak keluarga sudah bicara dengan Kapolresta, opsi anak saya terpeleset ke parit mohon tidak lagi dijadikan penyelidikan. Kami minta dibuka opsi lain untuk penyelidikan," kata Bambang saat ditemui di kediamannya di Gunung Lingai, Samarinda, Sabtu (14/12/2019).

Baca juga: Duduk Perkara Balita Hilang dari PAUD, Dugaan Dimakan Reptil hingga Ditemukan Tanpa Kepala

Bambang mengatakan, dirinya tak percaya anaknya terpeleset di parit depan PAUD, lalu terbawa arus hingga ke lokasi penemuan jasad di Jalan Antasari II, Teluk Lerong Ilir.

Lokasi PAUD dan tempat penemuan jasad bocah itu sejauh 4 kilometer.

Kecurigaan Bambang setelah dia bersama tim relawan menyusuri saluran drainase dari titik PAUD ke lokasi penemuan jasad.

Sepanjang lokasi itu, kata Bambang, pihaknya menemukan ada dua titik teralis besi penyaring sampah yang terpasang di saluran drainase.

Kompas.com yang ikut menyusuri juga melihat besi teralis itu terpasang.

Menurut Bambang, sulit diyakini tubuh anaknya bisa menembus dua teralis besi tersebut.

"Botol air mineral saja nyangkut, apalagi anak saya sebesar itu," kata dia.

Selain itu, sistem drainase pun memiliki banyak hambatan bekas cor jembatan yang menyisakan potongan besi.

Tak hanya itu, ketinggian sedimentasi juga nyaris menutup ruang drainase.

Hal tersebut dinilai menyulitkan benda besar seperti tubuh balita lolos dalam saluran itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com