Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangunan Peninggalan Raja Bali di Lombok Ambruk Diterjang Angin

Kompas.com - 15/12/2019, 06:56 WIB
Fitri Rachmawati,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Angin kencang menerjang wilayah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (14/12/2019), pukul 14.40 Wita.

Angin kencang tersebut menyebabkan Bale Kambang ambruk.

Bale Kambang adalah sebuah bangunan bersejarah di Taman Mayura, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, yang berdiri sejak abad ke 17.

"Saya melihat kejadiannya. Saya tidak sempat merekam saat angin merobohkannya, karena saya sendiri terjatuh karena angin yang sangat kencang. Kejadiannya begitu cepat, angin sangat keras disusul hujan deras," kata Juru Pelihara Taman Mayura Gusti Ngurah Sugata saat memantau Bale Kambang yang roboh.

Baca juga: Kado Natal dari Polisi untuk Anak-anak di Distrik Kwamki Narama, Papua

Berdasarkan pantauan Kompas.com, atap Bale Kambang ambruk dan hampir seluruh gentingnya hancur berjatuhan.

Kemudian, 14 tiang penyangga bangunan dari kayu berukir yang didirikan tahun 1744 itupun ambruk dan terlepas dari pondasi bangunan bersejarah itu.

Pecahan genting memenuhi dua tangga Bale Kambang yang merupakan bangunan tempat pertemuan atau ruang sidang bagi para raja dan pengurus kerajaan di jaman Raja Anak Agung Ngurah Anglurah Karangasem, yang dulu berkuasa di tanah Lombok.

Warna cat bagunan yang sudah memudar dan beberapa bagian ukirannya yang sebagian rusak adalah saksi sejarah berkuasanya Raja Bali di Lombok.

Bagunan yang berukuran 8x15 meter itu berdiri di tengah tengah kolam dan dikelilingi 6 patung bercirikan umat muslim, baik muslim Arab, Cina dan Jawa.

Patung itu berada di bagian barat, utara dan timur Bale Kambang.

Bangunan ini adalah gambaran betapa keharmonisan antara umat Hindu dan Muslim di Lombok telah ada sejak abad 17 dan masih terpelihara hingga saat ini.

"Ini adalah bagunan bersejarah yang digunakan untuk pertemuan dan sidang para raja, dan sampai sekarang masih digunakan untuk pertemuan pertemuan tokoh agama dan acara keagamaan di Lombok ini," kata Sugata.

Sugata yang juga bekerja di Balai Pelestarian Cagar Budaya Denpasar-Bali wilayah Mataram ini menjelaskan, ada Bale Prerenan (tempat istirahat), Bale Loji ( tempat penyimpan pusaka) dan Pura Kelepuk dan Jagat Nata, serta pura Meru yang lebih tua dari Bale Kambang.

Aparat kepolisian Polsek Cakranegara langusung membentangkan garis polisi pada Bale Kambang, agar wisatawan yang datang tidak mendekati bangunan tersebut.

Petugas jaga Bale Kambang mengatakan, sempat ada 3 orang wisatawan lokal yang tengah berada di Bale Kambang saat angin kencang menerpa bangunan.

Namun, ketiganya berhasil keluar dengan selamat saat bangunan mulai roboh.

"Untungnya mereka sudah keluar dari Bale Kambang, jumlahnya 3 orang pengunjung waktu itu, sehingga atap bangunan ambruk tak ada korban jiwa," kata Sugata.

Inilah Bale Kambang, bagunan bersejarah yang berada di areal Taman Mayura, yang roboh karena angin kencang. Bale Kambang dibangun pada abad 17 atau 1744 silam.FITRI R Inilah Bale Kambang, bagunan bersejarah yang berada di areal Taman Mayura, yang roboh karena angin kencang. Bale Kambang dibangun pada abad 17 atau 1744 silam.

Pernah roboh pada 17 tahun silam

Menurut Sugata, Bale Kambang pernah roboh pada 2002 lalu.

Kemudian, saat gempa mengguncang Lombok beberapa waktu lalu, struktur bangunan Bale Kambang bergeser.

Saat ditemui di Taman Mayura, kerabat Raja Anak Agung Ngurah Anglurah Karangasem, Anak Agung Made Jelantik Briang Wangsa mengatakan bahwa kejadian ini adalah peristiwa alam yang tidak bisa diprediksi.

Meski demikian, Made Jelantik memastikan bangunan sejarah tersebut selalu mendapat perawatan.

"Ini sebuah refleksi kita untuk ke depannya yang namanya situs harus direnovasi secara benar. Kita selama ini sudah sering berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk Balai Cagar Budaya yang merupakan leading sector untuk mengawasi dan merawat benda-benda dan bangunan bersejarah ini," kata Made Jelantik.

Meski hujan lebat dan angin kencang, para pengunjung kembali berdatangan ke Taman Mayura.

Mereka justru ingin melihat situs bersejarah yang ambruk karena angin kencang.

Sementara itu, Kepala Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB Ahsanul Khalik mengimbau pada masyarakat untuk waspada, mengingat adanya potensi bencana hidrometeorologi.

"Bencana hidrometeorologi ini merupakan peralihan musim, dari kemarau ke musim hujan yang kadang disertai angin kencang yang bisa menumbangkan pepohonan dan bisa juga dalam bentuk angin puting beliung yang bisa merusak rumah dan bangunan lain," kata Ahsanul.

Menurut Ahsanul, ada sejumlah pohon dan bangunan yang mengalami kerusakan termasuk Bale Kambang karena angin kencang di wilayah Mataram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com