Dilansir dari VOA Indonesia, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi Asrul Repadjori mengatakan gempa pada tahun 2018 mengubah bentang alam di 15 desa di wilayah Sigi.
Akibat berubahnya bentangan alam, 15 desa tersebut rawan bencana banjir badang dan longsor.
“Kenapa terjadi membawa pasir kalau sudah hujan karena gunung-gunung yang berada di sebelah barat ini, banyak yang sudah terbelah-belah. Ada yang longsor akibat gempa, ada yang terbelah,” kata Asrul Repadjori.
Baca juga: 750 Rumah di Solok Selatan Terendam Banjir, 469 Warga Mengungsi
Sementara itu, Bupati Sigi Irwan Lapata mengatakan pihaknya telah menyiapkan lahan seluas tiga hektar di bagian timur Desa Poi sebagai lokasi pemukiman baru.
Pemukiman tersebut akan dihuni oleh warga yang terancam potensi longsoran material dari gunung.
“Nah, untuk mengosongkan kampung tidak, nanti kita lihat saja kampung-kampung yang terindikasi sangat dekat, rawan lumpur tersebut,” ujarnya.
Ia juga mengatakan akan emmantau wilayah-wilayah rawan banjir dan longsor sambil terus melakukan pembersihan material dan nornalisasi aliran sungai.
Baca juga: Cerita Petani di Kampar yang Rugi Ratusan Juta Rupiah akibat Banjir
Pembangunan dilakukan (Kemen PUPR) bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Jepang (Japan International Cooperation Agency/JICA)
Sabo dam adalah sebuah teknologi untuk pengendalian erosi, sedimentasi, tanah longsor yang umumnya digunakan untuk pengendalian material di hulu sungai yang ada gunung berapi.
Bupati Sigi Irwan Lapata mengatakan pembangunan sabo dam dilakukan di Sungai Ore di desa Banga dan di Sungai Poi.
Rencananya, sabo dam akan dimulai pada Februari 2020.
Baca juga: Diguyur Hujan 4 Jam, Sejumlah Wilayah di Samarinda Terendam Banjir
Sementara itu Saiful Taslim, ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Kabupaten Sigi mengatakan Pemkab Sigi perlu mengidentifikasi kembali wilayah-wilayah pemukiman yang aman maupun tidak aman untuk ditinggali masyarakat.
“Jadi pasca gempa bumi itu memang ada titik-titik yang berpotensi menimbulkan –bencana- ikutan baru,” ujar Saiful.
Saiful mengatakan dengan perubahan bentang alam yang terjadi pasca gemba bumi, perlu dilakukan penataan terhadap tata ruang wilayah.
Hal itu harus disertai dengan model pembangunan pemukiman dan infrastuktur untuk meminimalisasi dampak dari bencana alam gempa bumi, banjir dan longsor di masa mendatang.
Baca juga: 4 Fakta Banjir di Kampar, Ratusan Rumah Terendam hingga Warga Terserang Penyakit
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.