Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentang Alam Berubah Pasca-gempa di Sigi, Sabo Dam Dibangun untuk Cegah Longsor dan Banjir Bandang

Kompas.com - 14/12/2019, 13:01 WIB
Rachmawati

Editor

Pemukiman baru

Dilansir dari VOA Indonesia, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi Asrul Repadjori mengatakan gempa pada tahun 2018 mengubah bentang alam di 15 desa di wilayah Sigi.

Akibat berubahnya bentangan alam, 15 desa tersebut rawan bencana banjir badang dan longsor.

“Kenapa terjadi membawa pasir kalau sudah hujan karena gunung-gunung yang berada di sebelah barat ini, banyak yang sudah terbelah-belah. Ada yang longsor akibat gempa, ada yang terbelah,” kata Asrul Repadjori.

Baca juga: 750 Rumah di Solok Selatan Terendam Banjir, 469 Warga Mengungsi

Sementara itu, Bupati Sigi Irwan Lapata mengatakan pihaknya telah menyiapkan lahan seluas tiga hektar di bagian timur Desa Poi sebagai lokasi pemukiman baru.

Pemukiman tersebut akan dihuni oleh warga yang terancam potensi longsoran material dari gunung.

“Nah, untuk mengosongkan kampung tidak, nanti kita lihat saja kampung-kampung yang terindikasi sangat dekat, rawan lumpur tersebut,” ujarnya.

Ia juga mengatakan akan emmantau wilayah-wilayah rawan banjir dan longsor sambil terus melakukan pembersihan material dan nornalisasi aliran sungai.

Baca juga: Cerita Petani di Kampar yang Rugi Ratusan Juta Rupiah akibat Banjir

 

Bangun sabo dam

Alat berat ekskavator membersihkan aliran sungai mati di desa Poi yang dipenuhi material pasir bercampur batu-batu besar yang terbawa banjir bandang, 9 Desember 2019. VOA/ Yoanes Litha Alat berat ekskavator membersihkan aliran sungai mati di desa Poi yang dipenuhi material pasir bercampur batu-batu besar yang terbawa banjir bandang, 9 Desember 2019.
Pada tahun 2020, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) akan membuat sabo dam di Kabupaten Sigi.

Pembangunan dilakukan (Kemen PUPR) bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Jepang (Japan International Cooperation Agency/JICA)

Sabo dam adalah sebuah teknologi untuk pengendalian erosi, sedimentasi, tanah longsor yang umumnya digunakan untuk pengendalian material di hulu sungai yang ada gunung berapi.

Bupati Sigi Irwan Lapata mengatakan pembangunan sabo dam dilakukan di Sungai Ore di desa Banga dan di Sungai Poi.

Rencananya, sabo dam akan dimulai pada Februari 2020.

Baca juga: Diguyur Hujan 4 Jam, Sejumlah Wilayah di Samarinda Terendam Banjir

Sementara itu Saiful Taslim, ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Kabupaten Sigi mengatakan Pemkab Sigi perlu mengidentifikasi kembali wilayah-wilayah pemukiman yang aman maupun tidak aman untuk ditinggali masyarakat.

“Jadi pasca gempa bumi itu memang ada titik-titik yang berpotensi menimbulkan –bencana- ikutan baru,” ujar Saiful.

Saiful mengatakan dengan perubahan bentang alam yang terjadi pasca gemba bumi, perlu dilakukan penataan terhadap tata ruang wilayah.

Hal itu harus disertai dengan model pembangunan pemukiman dan infrastuktur untuk meminimalisasi dampak dari bencana alam gempa bumi, banjir dan longsor di masa mendatang.

Baca juga: 4 Fakta Banjir di Kampar, Ratusan Rumah Terendam hingga Warga Terserang Penyakit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com