Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BKSDA: Harimau Serang Warga karena Babi Hutan hingga Kijang Habis Diburu

Kompas.com - 13/12/2019, 19:30 WIB
Aji YK Putra,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Konflik harimau dan manusia yang terjadi di tiga wilayah Sumatera Selatan yakni kota Pagaralam, Lahat dan Muara Enim disebabkan beberapa faktor.

Salah satunya adalah maraknya perburuan rantai makanan harimau yang ada di wilayah tersebut, hingga membuat satwa itu kesulitan untuk mencari mangsa.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat BKSDA Sumatera Selatan Martialis Puspito mengatakan, perburuan semacam babi hutan, kambing hutan dan kijang serta rusa masih marak terjadi.

Seperti halnya di kota Pagaralam. Pada 2016 lalu, menurut Martialis mereka menemukan sebanyak tujuh kepala kambing hutan di wilayah tersebut. Padahal, kambing adalah salah satu rantai makanan yang diburuh oleh harimau,

"Babi hutan juga, tiap minggu terus menjadi perburuan oleh pemburu. Jadi dugaannya juga ke situ, ada rantai makanan mereka (harimau) terganggu. Karena maraknya perburuan pakan harimau. Orang ini, sudah dikasih nasi mau memburu makanan lain," kata Martialias, Jumat (13/12/2019).

Baca juga: Tiga Warga Sumsel Tewas Diterkam Harimau, DPRD Desak Gubernur Lebih Peduli

Jalur harimau jadi obyek wisata 

Bukan hanya itu saja, Martialis juga menyarankan kepada pemerintah kota Pagaralam untuk lebih tepat mengelola obyek wisata yang ada di sana.

Sebab, banyak jalur harimau saat ini dijadikan obyek wisata.

"Tugu Rimau yang menjadi jalur pendakian gunung Dempo itu adalah jalur harimau. Di sana malah ada yang jualan dan jadi tempat objek wisata. Kami sudah sampaikan kepada Pemkot Pagaralam, Polres harus memperhatikan lagi  tata kelola wisata, karena ini menjadi ancaman," ujarnya.

Harimau mempunyai wilayah tertorial tersendiri. Sehingga, ia tidak akan keluar wilayah tersebut terkecuali terancam.

Saat ini, wilayah jelajah harimau menurut Martialis telah semakin menyempit karena banyaknya perburuan serta perambahan hutan lindung oleh para oknum yang tak bertanggung jawab.

"Semua kejadian yang menjadi korban harimau berada di dalam hutan lindung. Artinya jalur mereka ini mulai terhimpit dan susah mencari makan. Dalam satu hari, wilayah jelajah harimau bisa mencapai 20 kilometer, bahkan bisa lebih kalau ia kesulitan mencari makanan," jelasnya.

Baca juga: Lagi, Petani Kopi Tewas Diterkam Harimau di Lahat

Lima korban diterkam harimau dalam 1 bulan 

Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak lima orang petani di Pagaralam dan Lahat diterkam harimau sejak satu bulan terakhir. Dari lima kejadian itu, tiga diantaranya tewas. Sementara dua orang lain mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Korban yang selamat adalah Marta Rolani (24) petani kopi di Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan yang diserang oleh seekor harimau, pada Senin (2/12/2019).

Akibat kejadian tersebut, ia  mengalami luka cakaran dibagian paha kanan, perut dan bokong.

Lalu korban selanjutnya, adalah  Irfan (19) wisatawan taman gunung Dempo, kota Pagaralam yang harus menjalani perawatan di rumah sakit, karena mengalami luka robek yang serius.

Ia diterkam harimau ketika sedang camping bersama rekannya pada Sabtu (16/11/2019).

Selanjutnya Kuswanto (57) petani kopi di Kabupaten Lahat yang tewas diterkam harimau, poda Minggu (17/11/2019).

Selanjutnya Yudiansah Harianto (40) yang tewas dalam kondisi tinggal tulang  usai diterkam harimau ketika berada di kebun yang ada di Desa Bukit Benawa, Kecamatan Dempo Selatan, kota Pagaralam, Sumatera Selatan, pada Kamis (5/12/2019).

Kemudian Mustadi (50) tewas diterkam harimau ketika berada di kebun yang terletak di ataran pedamaran Hutan Seribu Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat, pada Kamis (12/12/2019).

Baca juga: Pemburu Tangkap 2 Harimau dengan Cara Disetrum, 4 Janin Diawetkan Dalam Toples

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com