“Ada apa dengan orangtua saat ini, kenapa cenderung tidak tahan dengan rengekan anak? Tidak terima dengan perilaku anak yang tidak sesuai standar ukuran orang dewasa? Ataukah, anak hanya menjadi tempat pelampiasan yang aman?” kata praktisi Pendididkan Menghidupkan Nilai bersertifikat internasional ini.
Baca juga: Kapal Nelayan Meledak, Nakhoda Menderita Luka Bakar di Sekujur Tubuh
Fitria menjelaskan, jika mencari penyebab, ada empat hal yang patut dijadikan sebagai penyebab terjadinya kekerasan oleh orangtua kepada anak.
Di antaranya, tuntutan (tekanan) di tempat kerja yang membuat orangtua untuk langsung bereaksi.
“Dampaknya, tidak tersedianya ruang dan waktu untuk mendengarkan kata hati, untuk berhenti sejenak mengolah pikiran dan emosi ketika terjadi sesuatu yang memancing amarah,” katanya.
Kemudian, kesadaran peran sebagai orangtua yang hilang. Fitria menjelaskan, sekarang ini menjadi orangtua hanya dimaknai sebagai bagian dari siklus hidup tanpa disadari akan spiritual diri sebagai orangtua.
“Sehingga ketika mendapati anak tak sesuai atau mengganggu kehidupan aman orangtua, maka reaksi atau dorongan yang dilakukan adalah mengamankan diri mereka (orangtua), bukan melihat pada perannya,” kata Fitri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.