Namun, di saat warga Desa Gonggang sedang tinggi semangatnya membudidayakan jamur kuping, penyakit krepes menjangkiti baglog.
Jamur yang ditanam petani tidak bisa berkembang, akibat jamur terserang penyakit.
Menurut Gimbal, krepes menyerupai telur cacing yang menyebar di dalam plastik media untuk menanam jamur.
Gimbal mengaku sempat merugi hingga Rp 120 juta, karena 1,7 juta baglog jamur miliknya gagal tumbuh.
“Collapse waktu itu. Di saat semangat warga lagi tinggi, baglog kena penyakit krepes,” kata Gimbal.
Baca juga: Kisah Sukadi Pemilik Kebun Amarilis, Awalnya Dicibir Sekarang Dicintai
Bangkit berkat cendol jamur
Rugi hingga jutaan rupiah ternyata tak menyurutkan langkah Gimbal untuk membudidayakan jamur kuping.
Dia nekat membeli ribuan baglog untuk mengetahui apa yang menyebabkan jamur kuping tidak mau tumbuh.
Dia juga melakukan uji laboratorium ke Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Bahkan, uji lab dilakukan hingga 2 kali agar mendapat kepastian penyebab penyakit krepes.
“Ternyata memang penyait krepes itu tidak ada obatnya. Satu-satunya jalan ya menghancurkan baglog yang tersisa,” ujar Gimbal.
Dari sisa pertumbuhan jamur kuping yang tidak bisa tumbuh maksimal, Gimbal kemudian melakukan percobaan dengan membuat olahan dari jamur kuping.
Salah satu kuliner yang berhasil dibuat adalah cendol jamur kuping.
Tak disangka, banyak warga dan rekanan Gimbal yang menyukai rasa dan tekstur cendol dari jamur kuping.
“Kalau teksturnya lebih kenyal dari cendol biasa. Kemudian, kalau dikonsumsi, dinginnya cendol rumput laut itu lebih terasa dingin di perut,” ucap Gimbal.