YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak menjawab spesifik saat ditanya soal rencana penghapusan ujian nasional (UN) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebuayaan.
Meski demikian, Kalla hanya berpesan agar kebijakan jangan sampai melemahkan kemampuan siswa.
"Nanti kita bicarakan itu. Ya, jangan menciptakan generasi muda yang lembek, agar semua belajar, dan pentinglah itu, nanti kita bicarakan," kata Kalla saat ditemui seusai mengikuti pengukuhan Guru Besar Haedar Natsir di Sportorium UMY, Kabupaten Bantul, Kamis (12/12/2019).
Jusuf Kalla juga enggan menjelaskan maksud kata-katanya itu saat ditanya lebih lanjut.
"Nantilah itu," kata dia.
Baca juga: 5 Fakta Seputar UN Dihapus, Dukungan Kepala Daerah hingga Dikritik Jusuf Kalla
Beberapa waktu lalua, Kalla menyebut, seandainya ada penghapusan UN, maka pendidikan Indonesia akan kembali seperti sebelum tahun 2003, saat UN belum diberlakukan.
Saat itu, menurut Kalla, tidak ada standar mutu pendidikan nasional, karena sistem kelulusan dipakai dengan rumus "dongkrak nilai".
Akibatnya, hampir semua peserta didik diluluskan.
Menurut Kalla, UN memang harus dievaluasi setiap tahunnya. Tetapi, yang harus diperbaiki itu adalah hasil pendidikannya.
Menurut Kalla, UN masih relevan diterapkan. Alasannya, UN menjadi tolok ukur kualitas pendidikan di Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menjawab kritik Wakil Presiden ke-12 RI tersebut soal penghapusan UN.
Nadiem mengatakan, perubahan sistem UN menjadi penilaian kompetensi minimum dan survei karakter itu justru lebih membuat siswa dan sekolah tertantang.
"Enggak sama sekali (membuat siswa lembek), karena UN itu diganti assessment kompetensi di 2021. Malah lebih men-challenge sebenarnya," kata Nadiem di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Nadiem menyebut, setelah sistem ujian baru ini diterapkan, pihak sekolah harus mulai menerapkan pembelajaran yang sesungguhnya, atau bukan sekadar penghafalan semata.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.