Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Demam Babi Afrika Tak Segera di-Declare Sebagai Penyebab 27.000 Babi Mati di Sumut

Kompas.com - 12/12/2019, 18:34 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Hingga 11 Desember, jumlah babi mati di Sumatera Utara (Sumut) akibat virus hog cholera atau kolera babi sudah mencapai 27.070 ekor di 16 kabupaten.

Matinya puluhan ribu babi itu terjadi sangat cepat. Dalam satu hari, angka kematian yang terlapor rata-rata 1.000 - 2.000 ekor per hari.

Balai Veteriner Medan sudah menyatakan babi yang mati selain terjangkit hog cholera, juga terindikasi virus demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF).

Namun, sayangnya hingga saat ini, Menteri Pertanian atau pihak Kementerian Pertanian belum menyatakan (declare) jika ASF sebagai penyebab matinya babi di Sumut. Akibatnya, pihak dinas terkait kesulitan untuk melakukan pendekatan ke para peternak dan warga pemelihara babi.  

Data yang diterima dari Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Mulkan Harahap, pada 10 Desember kematian babi sebanyak 25.656 ekor.

Dalam satu hari, Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia menyebut sudah terjadi kenaikan menjadi 27.070 ekor.

"Memang sebegitu cepatnya lah kematiannya di 16 kabupaten/kota," katanya.  

Baca juga: Data Terbaru, Virus Hog Cholera Menyebar ke 16 Kabupaten, 10.298 Babi Mati di Sumut

Virus kolera babi

Dikatakannya, virus hog cholera sudah pernah di-declare tak lama setelah kematian ribuan babi di Sumut terjadi pada kurun tahun 1993 - 1995. Saat itu, kasusnya juga bermula dari Dairi.

Seperti halnya pada 25 September 2019 lalu, tercatat kematian serentak terjadi di Dairi kemudian menyebar di beberapa kabupaten lainnya.

"Berdasarkan ilmunya, ini akan  habis semua. Karena pemain di case ini hog cholera ada, penyakit bakterial ada, ASF juga terindikasi. (apakah declare menunggu habis semua) enggak, ini masih terus dibahas. Sedang dicermati dengan 3 komponen tadi," ungkapnya. 

Tiga komponen yang dimaksudnya adalah, pertama, hasil uji lab yang mana ternyata terdapat reaksi terhadap African Swine Fever (ASF). Kedua, kajian secara epidemologi, terkait dengan mulai kapan terjadi, berapa yang mati dan sakit. Ketiga, terkait pola dan kecepatan penyebarannya. 

Menurut Agustia, kematian 27.070 ekor babi atau sekitar 2,7 persen dari populasi babi di Sumut 1.229.742 ekor itu hanya terjadi di 16 kabupaten/kota dan pihaknya 'pontang-panting' agar tidak bertambah.

Untuk menyatakan penyebab kematian babi akibat ASF memiliki dampak yang besar dan karenanya tidak bisa dikeluarkan serta merta.

"Sementara dengan referensi kalau ASF itu, 90-100 persen habis. Itu yang menjadi pertimbangan di sana apakah deklarasi dilakukan secara nasional, provinsi atau kabupaten/kota. Karena ini hanya terjadi di Sumut, di 16 kabupaten/kota," katanya.

Menurutnya, deklarasi secara nasional, provinsi atau kabupaten memiliki dampaknya masing-masing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com