Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Minta Riset Berikan Solusi Masalah Bangsa dan Cegah Duplikasi

Kompas.com - 12/12/2019, 15:56 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro membeberkan hasil rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo.

Dalam rapat tersebut, Jokowi menekankan beberapa hal. Pertama, meminta Kemenristek melakukan koordinasi untuk mencegah duplikasi riset.

“Kedua, mendorong hilirasasi riset. Riset terarah dan memberikan solusi bagi permasalahan bangsa,” ujar Bambang di Bandung, Kamis (12/12/2019).

Ia mencontohkan, alat untuk mengukur pembuluh darah untuk mendeteksi dini penyakit kardiovaskular.

Riset ini bersumber dari ilmu dasar gelombang fisika dan ilmu lainnya. Kemudian, riset dikembangkan dan diminati industri untuk membantu pengecekan kardiovaskular.

Baca juga: Dengan Kebijakan Berbasis Riset, Mensos Ingin Putus Rantai Kemiskinan

Contoh lainnya, upaya penyulingan udara dan air yang tadinya kotor menjadi bersih melalui pendekatan ilmu dasar membran.

“Selama ini, udara tidak bersih menjadi bersih. Ini riset yang berujung pada inovasi,” ungkapnya.

Untuk mencegah duplikasi riset, pihaknya memiliki agenda prioritas riset nasional. Dalam lima tahun ke depan, pihaknya fokus terhadap 9 bidang dengan 49 produk.

Hal ini nantinya diturunkan dalam kebutuhan riset yang bisa dilakukan berbagai lembaga riset. Baik itu kementerian, perguruan tinggi, BPPT, LIPI, Batan, swasta, ataupun masyarakat.

“Penelitian dilakukan terintegrasi. Untuk kampus bisa dilakukan sinergi antar jurusan,” ungkapnya.

Misalnya, Batan bisa menciptakan padi unggul dengan pendekatan nuklir. Penelitian ini tentu berbeda dengan yang dilakukan Balitbang Pertanian.

“Yang penting produknya keluar. Padi tahan hama, banjir, kita minta siapa melakukan apa, pada tahapan apa,” tuturnya.

Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Kadarsah Suryadi mengatakan, riset tidak akan menjadi apa-apa tanpa integrasi. Untuk itu pihaknya menekankan ABG yakni akademi, bisnis, dan goverment.

Selanjutnya, riset bisa menjadi produk yang inovatif dengan tiga hal yakni komitmen, involvement, dan dukungan berupa pendanaan.

Seperti pengembangan arah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan sejak 2004.

Pada tahap awal, program ini hanya Riset Unggulan dan Riset KK dengan dana total Rp 500 juta. Pada tahun 2019, ITB mengalokasikan Rp 14,3 miliar untuk Program Riset ITB. Sedangkan untuk 2020, alokasi dana Program Riset ITB ditingkatkan menjadi Rp 18,8 miliar.

Dalam bidang pengabdian masyarakat, ITB mengalokasi dana Rp 1 miliar sejak 2010. Jumlah tersebut terus meningkat. Pada 2019 jumlah dana yang dialokasikan mencapai Rp 3 miliar.

Untuk 2020, alokasi dana Program Pengabdian kepada masyarakat ditingkatkan dua kali lipat menjadi Rp 6 miliar.

Selain kedua program tersebut, sejak 2017, ITB mencanangkan program baru yaitu Program Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Inovasi ITB (P3MI-ITB). Program ini juga memperkuat kelembagaan Kelompok Keahlian (KK).

Baca juga: Jokowi: Tumpang Tindih Riset yang Boroskan Anggaran Harus Diakhiri

Dalam program ini Kelompok Keahlian diberikan kewenangan dalam menentukan fokus penelitian/pengabdian/ inovasi, tim dan target luaran.

Dana yang dapat diajukan oleh masing-masing KK bergantung pada target luaran yang diusulkan, dengan batasan maksimum Rp 500 juta.

“Total alokasi dana untuk Program P3MI 2019 sebesar Rp 50 miliar. Sedangkan untuk 2020, naik dua kali lipat menjadi Rp 1 miliar per KK,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com