Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Program "Bangga Papua", Warga Pedalaman Punya NIK, Bisa Beternak, dan Perbaiki Gizi Anak

Kompas.com - 12/12/2019, 15:26 WIB
Dhias Suwandi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com -  Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua sejak 2018  meluncurkan program Bangun Generasi dan Keluarga (Bangga) Papua Sejahtera.

Program ini bertujuan untuk menjawab permasalahan gizi buruk dan kesehatan anak di Provinsi Papua.

Sejak 2018, Pemprov Papua baru menjalankan program tersebut di Tiga kabupaten yang ditetapkan sebagai pilot project, yaitu di Kabupaten Paniai, Asmat dan Lanny Jaya.

Khusus di Paniai, pelaksanaan program tersebut ditangani oleh pemerintah daerah setempat yang kemudian membentuk Sekretariat Bersama (Sekber) yang didalamnya terdiri dari perwakilan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Baca juga: 4 Pemda di Papua Tanda Tangani Kesiapan Penyelenggaraan PON XX

Ketua SEKBER Paniai, Eliezer Yogi sebagai pelaksana program BANGGA di Kabupaten Paniai mengungkapkan bahwa untuk menjalankan program tersebut, mereka harus turun langsung ke kampung-kampung.

Tidak hanya kampung yang bisa dijangkau menggunakan moda transportasi darat, tetapi juga titik-titik yang hanya bisa dicapai melalui jalur udara.

"Kampung terjauh harus ditempuh dengan memakai helikopter, seperti di Distrik Baya Biru, Siriwo, Dogomo, dan lainnya," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Rabu (12/12/2019).

Bangga Papua sendiri merupakan program perlindungan sosial kepada anak-anak orang asli Papua yang berusia di bawah 4 tahun.

Baca juga: Gubernur Papua Beri Tantangan kepada 317 Kepala SMA yang Baru Dilantik

Perbaikan gizi anak

Setiap bulannya, tiap anak akan mendapatkan bantuan transfer dana sebesar Rp 200.000 yang diharapkan dapat digunakan oleh Ibu/Wali yang mewakili anak sebagai Penerima Manfaat untuk dapat dibelanjakan kebetuhan anak dalam rangka memperbaiki gizi anak dan meningkatkan kesehatan anak.

Pola pembayaran Bangga Papua pada 2018 dilakukan setahun satu kali, artinya tiap penerima manfaat akan menerima Rp 2,4 juta, sedangkan 2019 dilakukan dua kali pembayaran.

Eliezer mencontohkan, untuk menyalurkan ke Distrik Siriwo yang junlah penerima manfaatnya sekitar 250 jiwa atau total Rp 300 juta/6 bulan, dibutuhkan biaya transportasi Rp 96 juta untuk menyewa helikopter dari Kabupaten Nabire.

Baca juga: BNN: Ladang Ganja di Papua Tersebar di 3 Kabupaten

Manfaat Bangga Papua

Hanya saja dengan program tersebut, dampak singkat sudah mulai terlihat dari berbagai aspek.

Eliezer menyebut dari sekitar 130 ribu warga Paniai, 95 persen belum memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK).

Namun untuk menjadi penerima manfaat Bangga Papua, mereka harus memiliki NIK.

Karenanya pembentukan Sekber yang didalamnya teridir dari beberapa OPD sehingga antar dinas bisa saling mendukung.

"Misalnya kependudukan yang bisa mendorong meneryoban KK dan NIK, lalu Dinas Kesehatan bisa lakukan pengukuran stunting hingga pemberian imunisasi, kemudian Dinas Pertanian bisa mendorong masyarakat memanfaatkan perkarangannya menjadi lahan produktif dengan menanam sayur-sayuran," kata Eliezer.

Hingga 2019, setidaknya sudah ada 11 ribu anak di Paniai yang menjadi penerima manfaat Bangga Papua.

Baca juga: Saat Aktivis Papua Kecewa Praperadilannya Ditolak...

Punya NIk dan KK

Mereka kini telah memiliki NIK dan KK yang merupakan syarat untuk menjadi penerima manfaat.

"Kurang lebih ada 11 ribu anak yang akhirnya punya NIK dan sekitar 8.700 KK yang trlah diterbitkan," kata Eliezer.

Selain dari sisi kependudukan, kini masyarakat di pedalaman Paniai sudah lebih sadar untuk menjaga kesehatan.

Eliezer menyebut kini para orang tua sudah lebih rajin memandikan anaknya dan juga memeriksakan kesehatan.

Kemudian, kini asupan gizi masyarakat juga mulai meningkat karena dari dana yang mereka terima dan pendampingan dari Sekber, kini sudah ada warga yang berternak dan bertani.

"Banyak warga yang sudah memanfaatkan pekarangannya untuk bertani dengan menanam sayuran dan juga mulai berternak ayam yang nantinya mereka konsumsi sendiri," kata Eleizer.

Baca juga: Tim SAR Hentikan Pencarian Prajurit TNI Korban Longboat Terbalik di Papua

Beternak dan bertani

Hal tersebut diamini oleh Alfrida Adii, seorang Ibu/Wali dari anak penerima manfaat dari kampung Enarotali, distrik Paniai Timur yang dihubungi melalui telepin.

Menurut dia sejak 2018 atau ketika Bangga Papua digulirkan, kesejahteraan keluarganya meningkat dan kini ia mulai bertani sayur di pekarangan rumahnya.

"Harapan saya agar program BANGGA Papua ini dapat terus dilanjutkan karena sangat dirasakan manfaatnya yang membantu pemenuhan makanan bergizi bagi anak-anaknya yang berusia dibawah 4 tahun," kata Alfrida.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com