Slamet Santoso (52) malah mendapatkannya secara cuma-cuma. Warga Pagut ini menggunakan material sebanyak 30 truk untuk menutup tanah sedalam 3 meter.
"Tanahnya akan saya buat sekolah SLB," ujar Santoso.
Asal-usul limbah
Slamet Santoso mengaku sudah mengetahui material itu adalah limbah atau abu dari bekas pemrosesan timah.
Dia mendapatkan material itu dari seseorang yang bernama Sholikin dan sopir truk yang bernama Hepi.
Sepengetahuan dia, abu material itu didatangkan dari wilayah Sumobito, Kabupaten Jombang. Hanya saja, dia tidak mengetahui pasti bahwa Jombang itu pabriknya atau hanya tempat penampungan.
Begitu juga dengan dampak penggunaan material itu, dia mengakui menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan.
Mantan kepala dusun ini berdalih, material di tempatnya tidak sampai mengganggu masyarakat karena dia sudah langsung menutupnya dengan tanah.
Penutupan dengan tanah itu juga, kata Slamet Santoso, bagian dari perjanjian atau persyaratan yang diminta oleh penyuplai material.
"Ketentuannya harus langsung ditutup tanah," kata Slamet.
Masalah bergulir
Penemuan banyaknya limbah yang dibuang di wilayah itu saat ini sedang dalam penanganan polisi maupun pemerintah kota.
Hanya saja, hingga saat ini belum diketahui pasti jenis limbah tersebut karena sampelnya masih dalam pengujian.
"Sudah ambil sampel," kata Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar saat mengunjungi lokasi pembuangan limbah, Rabu.
Lokasi-lokasi lahan yang terdapat limbahnya itu saat ini sudah diamankan dengan dipasangi garis polisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.