Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rianto Penari Lengger Lanang Banyumas, Perjalanan Hidupnya Diangkat di Film Kucumbu Tubuh Indahku

Kompas.com - 11/12/2019, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Rianto adalah penari lengger lanang yang sudah membawakan tariannya di puluhan negara.

Kisah hidupnya diangkat oleh sutradara Garin Nugroho dalam film Kucumbu Tubuh Indahku, yang baru saja meraih delapan piala Citra, dan menjadi wakil Indonesia untuk dinominasikan di Piala Oscar 2020.

Sebagai penari dan koreografer, Rianto sangat terinspirasi dengan tema ketubuhan, yang terinspirasi dari lengger lanang, tari khas Banyumas, Jawa Tengah.

Lengger lanang adalah tarian dengan gerak perempuan yang ditarikan oleh lelaki.

Baca juga: Ini Kata Dewan Kesenian Lampung Soal Film Kucumbu Tubuh Indahku Dihentikan Paksa

"Saya mengangkat tema tubuh karena dari kecil saya sudah mengalami pengalaman luar biasa sebagai seniman tari. Itu yang selalu mendorong saya berkreativitas. Tubuh adalah perpustakaan memori, ingatan-ingatan dari kita lahir sampai sekarang, itu yang terus saya gunakan," kata Rianto dilansir dari BBC News Indonesia saat ditemui di Banyumas, Jawa Tengah.

Saat itu Rianto sedang menari bersama anggota sanggar tari di Baturaden, Jawa Tengah. Di sanggar tersebut kami menyaksikan mereka menari jaranan dengan gaya maskulin, dan sebentar kemudian berubah menjadi tari lengger lanang dengan gaya yang sangat feminin.

Rianto, 38 tahun, mulai menari sejak kecil, sebelum dia belajar tentang tarian. Kesukaannya berlenggak-lenggok membuatnya dijuluki sebagai 'Anto banci'.

Baca juga: Ini Penyebab Pemuturan Film Kucumbu Tubuh Indahku Dihentikan Paksa di Lampung

"Ketika kecil, saya sering sekali mendapat perlakuan menyakitkan dari teman-teman karena mereka melihat saya suka menari, lenggak lenggok dan sangat berbeda dengan mereka," kata Rianto kepada BBC News Indonesia di desa Kaliori, Banyumas, Jawa Tengah.

Dia terlahir dari keluarga sederhana, bapaknya petani sekaligus tukang becak, dan ibunya mengurus rumah tangga.

"Sejak kecil dia kemayu, suka main sama cewek, suka mencuri-curi dandan. Tidak pernah saya larang, ya gimana, karena sudah jalannya," kata ibu Rianto, Rusti sambil tersenyum melihat ke arah anaknya.

"Dari kecil ada banyak tantangan dalam hidup saya. Memori ini membekas, tubuh saya merekam perjalanan itu," kata Rianto.

Baca juga: Pemutaran Film Kucumbu Tubuh Indahku Dihentikan Paksa di Bandar Lampung

Rianto kemudian melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta meskipun orang tuanya tak sanggup memberi biaya. Dia dibantu guru SMK-nya yang yakin bahwa bakat menari Rianto bisa membuatnya membayar sendiri kuliahnya kelak.BBC News Indonesia / Famega Syavira Putri / Anindita Pradana Rianto kemudian melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta meskipun orang tuanya tak sanggup memberi biaya. Dia dibantu guru SMK-nya yang yakin bahwa bakat menari Rianto bisa membuatnya membayar sendiri kuliahnya kelak.
Meski demikian dia mengaku merasa sangat bersyukur karena dalam kesulitan itu, kedua orang tuanya sangat mendukung pilihan hidupnya sebagai penari. Di SMK, dia satu-satunya murid lelaki yang belajar menari.

Rusti mengenang pertama kali dia melihat anak laki-lakinya berdandan seperti perempuan ketika remaja. "Dia dandan di rumah tetangga, saya lihat, pangling, cantik sekali," kata Rusti dalam bahasa Jawa.

Rianto kemudian melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta meskipun orang tuanya tak sanggup memberi biaya.

Dia dibantu guru SMK-nya yang yakin bahwa bakat menari Rianto bisa membuatnya membayar sendiri kuliahnya kelak. Dan benar, pada tahun kedua, Rianto dapat membiayai sendiri kuliahnya dari uang hasil menari.

Baca juga: Sempat Dikritik, Film Kucumbu Tubuh Indahku Diputar di Semarang

Selepas kuliah, Rianto menikah dengan perempuan Jepang dan menetap di Tokyo. Dari Jepang, Rianto membawa tari lengger lanang ke berbagai negara di dunia.

"Sebagai penari internasional saya selalu mengangkat ketubuhan saya, apa yang ada dalam tubuh saya, filosofinya antara maskulin dan feminin. Basic saya dari lengger dan ini selalu saya garap untuk daya kreatifitas saya dalam bentuk tari kontemporer," kata Rianto.

Dia yakin, tubuhnya adalah tubuh lengger. Ketika wawancara, kami bicara dengan Rianto yang tak menggunakan riasan, kemudian dia berdandan dan menari dengan riasan dan pakaian perempuan.

"Saya tidak bisa definisikan ini laki-laki atau perempuan, ini bagian alam, yang luar biasa. Saya tidak bisa temukan definisi. Ketika saya membuat nama, ini jadinya membatasi kembali, padahal yang kita miliki adalah tubuh tanpa batas," kata Rianto menjelaskan transformasinya.

Baca juga: Kucumbu Tubuh Indahku dan AADC? 2 Diputar di Bioskop Italia

Kini dia telah pentas di puluhan negara, di lima benua di dunia. Karya pementasan pertamanya yang berjudul Medium, juga telah dipentaskan di berbagai festival mancanegara, dari Australia, Eropa hingga Afrika.

"Banyak kurator festival di dunia sangat tertarik dengan konsep ini, dan saya udah punya. Beberapa kali saya presentasikan ketubuhan yang dasarnya dari Lengger," kata Rianto.

Rianto meyakini bahwa tari lengger sudah ada dalam kebudayaan Banyumas sejak ratusan tahun lalu dan sejak awal memang ditarikan oleh penari laki-laki.

Tarian ini disebut dalam buku Serat Centhini pada abad ke-17.

Baca juga: Wali Kota Padang Larang Penayangan Film Kucumbu Tubuh Indahku

"Lengger lanang adalah sebuah bentuk kesenian rakyat dari desa, mereka merayakan panen, atau upacara bersih desa jauh sebelum itu. Ini tradisi turun temurun dari nenek moyang," kata dia.

Ada pula yang menyakini bahwa kata lengger berasal dari "leng" yang artinya lubang, dan "ngger" yang artinya "jengger". Artinya, seperti perempuan tetapi laki-laki.

"Komitmen lengger adalah benar-benar mencoba melakukan perjalanan tubuh untuk meleburkan maskulin dan feminim dalam bentuk kesenian," kata Rianto.

Pada akhirnya, menurutnya, lengger adalah proses penyatuan tubuh masyarakat dengan sang penciptanya.

Baca juga: Wali Kota Pontianak Larang Penayangan Film Kucumbu Tubuh Indahku

Rianto (tengah depan) menari bersama para penari dari Sanggar Tari Kidang Kencana. BBC News Indonesia / Famega Syavira Putri / Anindita Pradana Rianto (tengah depan) menari bersama para penari dari Sanggar Tari Kidang Kencana.
Menjadi penari lengger baginya bukan untuk tujuan ekonomi, tapi untuk spiritual.

"Penari lengger menari bukan untuk event-event saja tapi menari untuk kehidupan. Saya merasa saya penari lengger lanang karena sejak kecil saya banyak dibully oleh teman-teman, 'oh tubuh kamu megal megol seperti perempuan'. Itu adalah proses perjalanan kehidupan," kata dia, mengenang masa kanak-kanak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com