Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rianto Penari Lengger Lanang Banyumas, Perjalanan Hidupnya Diangkat di Film Kucumbu Tubuh Indahku

Kompas.com - 11/12/2019, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor


Melestarikan tari lengger lanang

Kelestarian lengger lanang menjadi perhatian para pelaku kesenian seperti Rianto, yang mengaku sering merasa kehilangan lengger.

Para maestro lengger pun beranjak tua.

"Saat kembali ke Banyumas dan menemui para penari senior, saya prihatin karena mereka tidak ada tempat bersuara," kata Rianto.

Untuk itu Rianto menggelar festival tahunan untuk memberi kesempatan para penari tua untuk menari lagi.

"Sayangnya banyak dari mereka yang tidak diizinkan keluarganya untuk menari lagi, karena stigma negatif penari lengger," kata Rianto.

Baca juga: Kucumbu Tubuh Indahku Raih 12 Nominasi FFI meski Tuai Kontroversi, Produser Bangga

Kendalisada Art Festival digelarnya setiap tahun di desa kelahirannya, Kaliori.

Selain itu, Rianto pun berusaha mendorong munculnya penari-penari muda.

"Saya berusaha meregenerasi maestro Dariah dan memunculkan penari-penari lengger lanang dan mengajari mereka kembali tarian lengger," kata Rianto.

Tujuannya, menurut dia adalah untuk "mencoba mengembalikan kembali kehidupan lengger sebagai kehidupan banyumas yang sebenarnya".

Salah satu sanggar tari lengger lanang yang muncul dari inisiatif ini adalah Sanggar Tari Kidang Kencana di Desa Muntang, Karang Tengah, Baturaden. Sanggar yang berdiri tahun 2013 ini kini beranggotakan sekitar 7 penari.

Baca juga: Kucumbu Tubuh Indahku Dihentikan Paksa, Garin Nugroho: Pemerintah Dipermalukan

"Ini berawal dari kecintaan kami, dan ada beberapa teman yang ingin mengembangkan dan membesarkan lengger," kata Tora, pempimpin Sanggar Tari Kidang.

Tora mengakui bahwa menjadi penari lengger lanang bukan profesi yang dapat menghasikan secara ekonomi. Setiap anggota sanggarnya punya profesi lain, seperti pelajar, guru, dan Tora sendiri adalah perancang pernikahan.

Menurut Tora, selain karena panggilan jiwa, dirinya juga punya modal tubuh untuk menjadi penari.

"Saya terlahir dengan modal tubuh yang bisa dimanfaatkan untuk jadi penari lengger lanang, dalam arti saya seorang laki-laki yang maskulin tapi saya juga punya sisi feminim yang menjadi modal tubuh yang dibawa sejak lahir, seperti kelentikan jari dan kelenturan tubuh," kata dia.

Baca juga: Bumi Manusia Mendominasi FFI 2019, Kucumbu Tubuh Indahku Membayangi

Sukendar Hadi Sumarto, Pemimpin Grup Calung Langen Budaya yang sudah berdiri sejak 1982 menjelaskan bahwa tari lengger lanang sempat mengalami pasang surut. Pria kelahiran 1950 itu ingat, lengger yang semula ditarikan lelaki, justru banyak ditarikan oleh perempuan sekitar tahun 1980-an hingga awal 2000-an.

Setelah itu lengger lanang kembali bangkit, hingga puncaknya saat ini.

"Sekarang perkembangan lengger lanang bagus sekali, anak-anak muda mulai tertarik. Dan memang orang justru ingin lenggernya lanang," kata Sukendar yang mengiringi tarian lengger bersama grup calungnya.

Baca juga: Ormas Hentikan Paksa Film Kucumbu Tubuh Indahku, Pemerintah Diminta Turun Tangan

Ryan Nurgia Nova, 19 tahun, yang yakin bahwa lengger lanang adalah panggilan jiwanya. BBC News Indonesia / Famega Syavira Putri / Anindita Pradana Ryan Nurgia Nova, 19 tahun, yang yakin bahwa lengger lanang adalah panggilan jiwanya.
Salah satu anak muda yang tertarik pada lengger adalah Ryan Nurgia Nova, 19 tahun, yang yakin bahwa lengger lanang adalah panggilan jiwanya.

"Saya ingin nguri-uri (melestarikan) budaya Banyumas bersama sanggar lengger lanang," kata Ryan yang baru lulus SMK tahun ini.

Dia pun bergabung dengan Sanggar Tari Kidang pimpinan Tora.

Awalnya, Ryan mengaku sulit meyakinkan orang tuanya yang tidak setuju anaknya berdandan seperti perempuan ketika menari lengger. Namun, dia terus menyakinkan orang tuanya, dan mengundang mereka untuk datang menyaksikan pentas tarinya.

Baca juga: Film Kucumbu Tubuh Indahku Dihentikan Paksa, Garin Nugroho: Pemerintah Tindak Tegas Dong

"Saat orang tua saya pertama kali menyaksikan saya berdandan cewek, tatap muka, jujur masih ada rasa rikuh pekewuh, nggak enak. Tapi inilah tuntutan seni yang harus kita jaga dan lestarikan," kata Ryan.

Siang itu kami menyaksikan Tora dan Ryan menari lengger lanang dalam acara Dies Natalis Fisip Universitas Jenderal Soedirman. Ratusan penonton tergelak, antara takjub dan geli, ketika para penari berganti penampilan dari lelaki menjadi perempuan.

"Di Banyumas banyak yang pro, dan memang banyak yang masih kontra, tapi mungkin itu karena mereka tidak tahu sejarah dan kurang wawasannya," kata Tora.

Baca juga: Kucumbu Tubuh Indahku Diangkat dari Perjalanan Hidup Seorang Penari Lengger

Menurutnya, selama ini reaksi penonton sebagian besar positif dan mendukung.

"Tapi ada juga yang ketika kami berdandan mereka mencibir bahwa cowok dandan perempuan itu banci, silakan, yang penting kami tidak seperti itu," kata Ryan. "Tidak apa-apa yang penting mereka tidak menyakiti kami."

Tora yakin bahwa lengger lanang akan lestari. "Saya beberapa kali dikontak sekolah untuk belajar dan mendalami lengger lanang, belajar sebagai tugas sekolah. Saya yakin suatu saat lengger akan masuk dalam kurikulum," kata dia.

Baca juga: Della Dartyan Tertantang Jadi Penari Lengger untuk Film Terbaru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com