Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alat Perangkap Hama Berbasis Mikrokontroler Ciptaan Siswa SMA Negeri 1 Purbalingga Raih Juara Pertama LKTI Nasional

Kompas.com - 10/12/2019, 08:59 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PURBALINGGA, KOMPAS.com - Tim Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Ganesha SMA Negeri 1 Purbalingga, Jawa Tengah, keluar sebagai juara pertama pada Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional  "Insectday 2019" di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, akhir bulan lalu.

Tim KIR Ganesha mampu mengungguli karya peserta lain lewat alat yang diciptakannya, yaitu alat perangkap hama berbasis mikrokontroler. Alat tersebut digunakan pada media tanaman hidroponik.

Gilang Rizky, salah satu anggota Tim KIR Ganesha mengatakan, sebagai sekolah Adiwiyata salah satu program yang dijalankan adalah budidaya tanaman sayuran menggunakan media hidroponik.

Baca juga: Trans Jateng Diprotes Awak Mikrobus di Purbalingga, Begini Respons Pemprov

Namun, dalam proses budidaya, banyak hama yang menyerang tanaman tersebut.

"Hal tersebut menginspirasi tim KIR Ganesha berinovasi untuk mengatasi serangan hama dengan membuat alat perangkap hama berbasis mikrokontroler," kata Gilang, melalui keterangan tertulis, baru-baru ini.

Gilang menuturkan, alat yang dibuat bersama dua rekannya, Alif Syukron dan Dewanta Aufar ini terdiri dari beberapa komponen.

Yaitu arduino mega 2560 sebagai pengoperasi sirkuit, sensor passive infra red (PIR) sensor warna, kipas direct current (DC), lampu Red, green & blue (RGB), dan motor servo sebagai komponen elektronika.

"Lampu RGB digunakan untuk mengatur pada warna violet yang mempunyai frekuensi tinggi, sehingga menarik perhatian hama. Ketika serangga mendekat ke lampu, sensor PIR akan mendeteksi serangga dan mengirimkan sinyal ke kipas DC untuk menyala," kata Gilang.

Ketika kipas menyala, lanjut Gilang, serangga akan terdorong ke lorong identifikasi. Pada lorong identifikasi, sensor warna akan bekerja sesuai data yang sudah diinputkan. 

Data warna yang diinputkan pada sensor warna terdiri merah untuk mendeteksi serangga penyerbukan, warna hijau untuk mendeteksi walang sangit dan warna hitam untuk mendeteksi serangga aphis yang juga tergolong hama.

Alif Syukron, anggota tim KIR Ganesha lainnya mengatakan, jika serangga yang masuk jenisnya adalah hama, maka akan diteruskan ke kotak hama. Jika bukan hama, maka akan dikeluarkan lewat corong yang mengarah keluar alat.

"Di dalam kotak hama sudah tersedia alat setrum seperti raket nyamuk, yang akan membunuh semua hama tersebut," ujar Alif.

Ruswanto, pembina KIR 1 memaparkan, alat ciptaan tim KIR Ganesha memiliki tiga keunggulan.

Pertama, menggunakan mikrokontroler untuk menciptakan alat yang berfungsi sebagai perangkap hama otomatis. 

Baca juga: Pengakuan Pembunuh 2 Agen Sapi: Campur Kopi Pakai Racun Hama tapi Korban Tak Tewas

Kedua, perangkap hama tersebut bersifat selektif atau hanya akan menangkap serangga yang bersifat merusak tanaman dan meloloskan serangga yang menguntungkan. 

Ketiga, perangkap hama tersebut bersifat ramah lingkungan, karena tidak merusak kualitas tanah, air, dan tanaman yang dibudidayakan dalam hidroponik serta menggunakan solar sel sebagai sumber energinya.

Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Purbalingga Kustomo mengaku, sangat bangga dengan prestasi yang diraih. Tim KIR Ganesha mampu mengungguli tim dari berbagai SMA/MA/SMK se-Indonesia.

"Ada 10  tim yang masuk babak final, dan setiap tim diminta mempresentasikan karyanya. Tim KIR Ganesha mampu mengungguli tim lainnya dari Yogyakarta, Jakarta, Tangerang Selatan, Kediri, Nganjuk, Kudus dan sebagainya," ujar Kustomo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com