Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Politik: Gibran Terlalu Ngebet Maju Pilkada Solo

Kompas.com - 04/12/2019, 16:11 WIB
Riska Farasonalia,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Pakar politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, M Yulianto menilai, anak Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka terlalu gegabah untuk maju sebagai calon wali kota Solo pada Pilkada Solo 2020.

Yulianto menyarankan putra sulung Jokowi ini sebaiknya tidak terburu-buru maju di bursa Pilkada Solo. 

Pasalnya, keputusan Gibran ini justru berpotensi menimbulkan dinasti politik yang baru di Indonesia. 

"Kalau dibiarkan maka akan diikuti tokoh-tokoh politik PDI-P lainnya dengan meniru pola seperti di Solo dengan membangun klan dinasti. Ini yang patut disayangkan, karena bisa merusak sistem kaderisasi di PDI-P," ujar Yulianto, saat dihubungi, Rabu (4/12/2019). 

Baca juga: Gerindra Atur Pertemuan untuk Jodohkan Gibran dengan Cucu Bung Karno dalam Pilkada Solo

Yulianto menganggap sikap Gibran terlalu ngebet untuk maju pada Pilkada Solo, saat ayahnya masih menjabat sebagai Presiden Indonesia. 

Tak gampang bagi anak muda untuk memimpin sebuah partai politik (parpol) seperti PDI-P, dan tak semudah mengelola perusahaan martabak.

"Jangan mentang-mentang punya power, maka terus ikut maju di kontestasi pemilihan wali kota. Karena organisasi partai itu harus ada komunikasi yang dibangun dan harus mampu menjalankan komitmen bersama seluruh elemen di dalamnya," ujar Yulianto.

Yulianto memperkirakan, tokoh senior di PDI-P Solo seperti Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa yang akan dipilih Ketua Umu PDI-P Megawati Soekarnoputri untuk diusung pada Pilkada Solo 2020. 

Ia menilai karena senioritas yang lebih kuat, serta muncul atas kemauan anak cabang.

"Kalau anaknya Jokowi lebih ditopang milenial yang kepingin perubahan. Tapi kemampuan memimpin bisnis boleh-boleh saja, belum tentu dia mampu di parpol. Itu tidak semudah mengelola perusahaan martabak," kata Yulianto. 

Apabila Gibran masih ngebet mencalonkan diri dengan jalan pintas melalui DPP PDI-P, akan mencederai loyalitas dan kesetiaan kader PDI-P yang bergerak di akar rumput. 

"Jelas berbeda dengan situasi politik ketika Pak Jokowi dulu terpilih jadi Wali Kota Solo. Karena Solo saat itu krisis kepemimimpan, jadinya Pak Jokowi unggul dalam mendapatkan momentum," ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, Gibran awalnya dikenal sebagai seorang yang antipolitik.

Namun, tahun ini Gibran berubah pikiran dengan mendeklarasikan diri maju pada Pilkada Solo 2020.

Hal itu dilakukan Gibran karena ingin memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui kebijakan politik.

Gibran diketahui telah mendaftarkan diri sebagai anggota PDI-P Kota Surakarta. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah Gibran untuk maju pada Pilkada Solo 2020.

Namun, langkah bos Markobar untuk maju pada Pilkada Solo 2020 terhalang karena Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDI-P Surakarta telah memilih kandidat lain.

Kendati demikian, Gibaran masih terus berupaya agar bisa maju sebagai calon wali kota pada Pilkada 2020. Salah satunya dengan menemui politis PDI-P senior, termasuk Ketum PDI-P yaitu Megawati Soekarnoputri.

Baca juga: Dipasangkan dengan Cucu Bung Karno, Gibran: Iya Nanti Dulu Dong

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com