Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kunjungi Pusat Pasar di Medan, Edy Rahmayadi Temukan Beras Bau Apek

Kompas.com - 04/12/2019, 13:46 WIB
Dewantoro,
Dony Aprian

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Jelang Natal dan Tahun Baru, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi bersama Direktur Jendral Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag RI, Veri Anggriono mengunjungi pedagang di Pusat Pasar, Medan, Sumatera Utara, Rabu (4/12/2019).

Saat berada di Pusat Pasar, Edy menemukan beras yang dijual pedagang sudah tidak layak dikonsumsi. 

"Bau apek ini. Tarik saja beras yang berbau," kata Edy.

Baca juga: Gaji Guru Honorer Naik, Edy Rahmayadi: Kalau Bisa Rp 100 Ribu Per Jam

Di hadapan Edy, Acun seorang pedagang beras menjelaskan beras tersebut berasal dari India yang dibelinya seminggu lalu.

Acun mengaku hanya beras tersebut yang berbau apek. Sedangkan, beras berukuran 5 dan 10 kilogram berkualitas baik.

"Ini sengaja tidak membeli banyak. Rencananya karena berbau akan kamu tukar," kata dia.

Mengenai beras yang berbau apek, kata Edy, kemungkinan proses penyimpanan beras yang tidak pada tempatnya.

"Beras yang berbau hanya beberapa goni saja. Artinya stok beras di Sumut aman, tidak defisit," katanya.

Baca juga: Edy Rahmayadi Imbau Warga Tak Berhenti Makan Ikan walau Ada Kasus Bangkai Babi

Usai dari Pusat Pasar, Gubernur Sumut beserta rombongan menuju gudang Bulog yang terletak di Jalan Mustafa, di Kelurahan Glugur Darat I, Kecamatan Medan Timur.

Di gudang tersebut, Edy kembali menemukan beras dari Thailand dan India berbau apek.

Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Sumatera Utara, Arwakhudin Widiarso mengatakan, penyebab beras berbau apek dikarenakan umur penyimpanan.

Arwakhudin menjelaskan beras yang berbau tersebut disimpan sejak akhir 2018. Sementara beras premium yang tidak berbau, baru berumur 2 sampai 3 bulan.

"Beras premium rata-rata baru 2-3 bulan masa simpan. Yang mulai bau, itu sebagian ya, itu akhir 2018. Biasanya akan dilakukan uji laboratorium. Yang akhir 2018 itu sekitar (jumlahnya) 20 ribu ton," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com