Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unik, Ada Kampung Anggur di Bantul

Kompas.com - 04/12/2019, 06:45 WIB
Markus Yuwono,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mengunjungi Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, agak berbeda dengan dusun lainnya.

Di halaman rumah warga terdapat buah anggur yang bergelantungan hampir di setiap rumah.

Tak heran jika wilayah ini dikenal dengan kampung anggur.

Namun, untuk bulan Desember seperti saat ini, tak banyak buah anggur yang matang.

Sebab, buah anggur paling bagus dipanen pada bulan Juli hingga Oktober.

Sementara, pada bulan Desember biasanya digunakan untuk merawat tanaman sehingga bisa tetap berbuah.

Anggur Ukraina

Salah satu inisiator Kampung Anggur Plumbungan Rio Aditya mengatakan, awalnya dirinya menanam buah anggur lokal jenis isabela pada 2010.

Lalu, pada 2014, dirinya mengganti dengan menanam anggur ninel yang berasal dari Ukraina.

Ide awal ini untuk membumikan buah anggur kepada masyarakat luas, karena selama ini buah anggur dipandang hanya untuk kalangan atas.

Saat ini, di Dusun Plumbungan, hampir 85 persen masyarakat menanam anggur yang diletakkan di halaman rumah atau kebun.

Mereka menanam jenis anggur yang sama.

Pemilihan anggur jenis ninel ini karena mudah dikembangkan dan perawatannya pun mudah.

Varietas anggur Ninel juga tak mengenal musim dan dapat berbuah setiap tahun.

"Dengan adanya kampung anggur, dampak positif bisa dikonsumsi sendiri, bisa dijual orang lain, bisa menambah ekonomi keluarga," kata Rio saat ditemui di rumahnya, Selasa (3/12/2019).

Untuk harga anggur jenis ninel, per kilogramnya seharga Rp100.000. Pembeli bebas memilih sendiri buahnya yang dipetik langsung dari pohonnya.

Apabila anggur di satu rumah penduduk sudah habis, pembeli bisa berpindah ke rumah penduduk lainnya.

Rio menjelaskan, anggur jenis ninel yang dikembangkan di Bantul ini tingkat kemanisaannya lebih tinggi dibandingkan di negara asalnya.

"Di sini lebih manis dibanding di sana (ukraina). Tingkat kemanisannya bisa mencapai 22 brix, hampir setara dengan gula pasir yang berada di angka 24 brix," ucap Rio.

Pada beberapa tahun terakhir, Rio dan warga lainnya mencoba untuk tidak menggunakan pestisida.

Untuk pemupukan, warga menggunakan pupuk kandang yang dipakai dua hari sekali.

Rio menyarankan agar pembeli dan wisatawan untuk datang pada bulan Juli sampai Oktober. Menurut dia, saat itu buah sedang dalam kondisi paling bagus.

Saat Kompas.com berkunjung ke lokasi, hampir sebagian besar anggur yang tumbuh di pekarangan warga masih hijau.

Harus menunggu beberapa minggu lagi agar anggur siap dikonsumsi.

Tumbuhan Anggur di Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, BantulKOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Tumbuhan Anggur di Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul
Bibit sebagai alternatif

Beberapa pengunjung yang tidak bisa membeli buah, ada juga yang membeli bibit, yang dijual mulai Rp125.000 per batang.

Untuk yang membeli bibit disarankan mempersiapkan lahan terlebih dahulu, dan jangan menggunakan lahan bekas tanaman yang terkena penyakit.

"Jangan menggunakan bekas lahan yang baru saja kena penyakit. Misalnya, cabai yang mati kena penyakit lalu dicabuti dan ditanami anggur. Pohon anggur ini rentan kena penyakit," ucap Rio.

Desi, salah seorang pengunjung asal Yogyakarta mengakui bahwa anggur hasil kebun warga Dusun Plumbungan tergolong manis, dan segar.

"Manis dan segar, apalagi bisa metik sendiri," ucapnya.

Pengunjung lainnya, Mustakim yang merupakan warga Kulon Progo mengaku membeli bibit untuk ditanam di lahan milik saudaranya.

"Kebetulan tadi juga ada saudara saya di Sleman titip satu untuk uji coba, karena dirinya sedang mencoba menjadi petani," kata Mustakim.

Baca juga: Kisah Polisi di Lamongan yang Dirikan Jasa Antar Jemput Gratis Siswa Yatim Piatu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com