Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Berkenalan dengan Fajar Shiddiq, Mitra GrabCar Tuli Pertama di Bandung

Kompas.com - 02/12/2019, 22:21 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Fajar Shiddiq (27) namanya. Sehari-hari, ia menjalani profesi sebagai mitra pengemudi GrabCar di Kota Bandung.

Bagi sebagian orang, pekerjaan itu biasa. Hal yang membedakan adalah, Fajar Shidiq merupakan teman tuli.

Ya, Fajar merasa harus mandiri. Karenanya, dia selalu berusaha bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan membantu perekonomian orangtuanya.

Sebelum bergabung dengan Grab, dia pernah bekerja di butik selama satu tahun. Dia bertugas memotong kain dan semacamnya. Namun, karena merasa tidak cocok, dia memilih berhenti.
Setelah keluar, Fajar mencari pekerjaan di tempat lain. Namun, dia selalu ditolak. Bahkan, selama satu tahun dia tidak memiliki pekerjaan.

“Saya sudah mencari kerja ke banyak tempat, tapi selalu ditolak. Saya bingung,” kisahnya.
Kemudian, ia dapat info dari Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) soal kesempatan kerja di Grab.

“Mereka tahu kemampuan menyetir saya sangat baik,” ujar Fajar dengan menggunakan bahasa isyarat.

Fajar pun mendiskusikan hal tersebut dan meminta restu orangtuanya. Meskipun tahu risiko bekerja di jalanan, namun Fajar tetap bertekad untuk bekerja sebagai mitra pengemudi Grab karena ingin membantu sesama dan mendorong perekonomian untuk mendapat kehidupan yang lebih layak.

Akhirnya, orangtua Fajar mengizinkannya dengan satu syarat, hati-hati.

Fajar, pada dasarnya percaya diri dengan kemampuannya mengemudikan mobil karena sudah terbiasa sejak dulu. Setelah melamar dan tiga bulan menunggu, Fajar resmi menjadi mitra GrabCar pada Juli 2019.

Fajar menjadi teman tuli pertama yang menjadi mitra GrabCar di Bandung. Fajar bersyukur karena disabilitas seperti dirinya diberikan kesempatan bekerja menjadi mitra pengemudi.

Setelah bekerja sebagai mitra GrabCar, Fajar mengaku mengalami perubahan, terutama keberanian untuk berkomunikasi.

“Dulu, waktu saya belum kerja di Grab, kadang-kadang saya merasa kurang percaya diri. Kalau bertemu orang juga khawatir salah ngomong, takut salah paham,” terangnya.

Akan tetapi setelah masuk Grab, Fajar jadi berpikir harus berani untuk berkomunikasi.
“Apalagi saya punya tanggung jawab agar customer selamat sampai tujuan, jadi saya harus berani,” tutur lelaki yang senang berolahraga ini.

Selain itu, Fajar merasa bekerja sebagai mitra Grab cukup mudah. “Ketika saya dapat orderan menjemput customer, saya langsung berangkat menjemputnya,” tuturnya dengan bantuan gerak isyarat.

Namun, Fajar sadar akan kemungkinan kesulitan berkomunikasi dengan customer, maka dia selalu mengatakan kepada setiap penumpangnya,

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com