Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dokter di Aceh Utara Berupaya Menjaring Pengidap HIV/AIDS, Beri Tes hingga Layanan Konseling Sukarela

Kompas.com - 02/12/2019, 17:45 WIB
Masriadi ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

ACEH UTARA, KOMPAS.com – Direktur Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM) Aceh Utara, Nurhaida, gencar mendeteksi penderita HIV/AIDS di Kabupaten Aceh Utara.

Lewat layanan konseling tes sukarela dan dukungan serta pengobatan di rumah sakit pelat merah itu.

Tahun ini, wanita paruh baya yang akrab disapa Ida itu mendeteksi menjaring 1.060 pasien tes sukarela. Dari jumlah itu diketahui 17 pasien dinyatakan positif HIV/AIDS.

“Empat diantaranya sudah meninggal dunia,” kata Ida, Senin (2/12/2019).

Sehari sebelumnya, peringatan hari AIDS dunia juga digelar di rumah sakit itu.

Dia mengisahkan, rumah sakit itu menjadi rumah sakit rujukan antiretroviral (ARV), obat memperlambat virus mematikan itu tahun 2016 silam.

Awalnya, hanya sebatas poliklinik yang menangani HIV/AIDS tahun 2008 silam.

Baca juga: Minim Pengetahuan Bikin Masyarakat Salah Persepsi soal Pengidap AIDS

Jadi rujukan layanan obat ARV

“Sekarang kita tangani bukan sebatas pasien Aceh Utara, namun sejumlah kabupaten/kota yang memerlukan terapi antiretroviral (ARV) juga kita layani di sini,” katanya.

Bagi lulusan magister Institutto Superiode, Sanita, Italia itu, deteksi dini (screening) penderita HIV/AIDS harus segera dilakukan.

Agar penderit segera diketahui, diberi obat dan diberi pendampingan.

“Sampai sekarang itu yang rutin minum obat 82 orang dari 173 kasus positif HIV/AIDS yang berhasil kita jaring,” sebutnya.

Dia merincikan, 172 kasus itu, 60 diantaranya sudah meninggal dunia, yang belum mau terapi sebanyak tujuh orang. Penderita anak-anak dua orang dan satu bayi.

“Yang bayi ini usianya baru 18 bulan. Saya terus ajak yang tujuh orang itu mau diterapi,” katanya.

Baca juga: Kisah Dokter Gigi di Bandung Lawan Stigma terhadap Pasien HIV/AIDS

Tantangan terberat

Dia menyebutkan, tantangan terberat yaitu membujuk penderita untuk terapi. Mereka beralasan tidak tahan efek samping obat, dan merasa sehat.

“Sehingga mereka tak mau minum obat lagi. Awalnya minum terus tidak minum lagi, itu jumlahnya 20 orang,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com