Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa dari Sekolah di Bawah Terpal Sobek, Guru: Saya Sempat Pasrah

Kompas.com - 02/12/2019, 07:43 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Khairina

Tim Redaksi

 

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Harapan baik kembali menebalkan semangat belajar siswa SMP terbuka 1 Cijeruk atau SMP TB 911 yang sebelumnya belajar di tenda beratapkan terpal sobek di Kampung Cijeruk, RT 02/05, Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Bogor, Jawa Barat.

Sekolah yang menginduk pada SMPN 1 Cijeruk ini didirikan oleh Cucu Sumiati (39) bersama mendiang suaminya sejak delapan tahun lalu.

Alih-alih mengeluh, Cucu sapaan akrabnya tak patah arang untuk terus berjuang demi para siswanya memperoleh layanan pendidikan yang layak.

Baca juga: Sejumlah Sekolah, Guru dan Kepala Sekolah Raih Penghargaan Yayasan Pendidikan Astra

Alhasil, kesempatan mewujudkan keinginan belajar di tempat aman akhirnya terpenuhi berkat perhatian serta bantuan yang diberikan pembaca Kompas.com dan Kitabisa.com.

Kepada Kompas.com, Cucu dan muridnya, Muhammad Nawawi (15) merasa bersyukur dan senang ada pembaca Kompas.com yang masih peduli pada ketimpangan infrastruktur pendidikan di wilayah Cijeruk.

"Alhamdulillah ya, saya bersyukur kepada Allah SWT dan juga berterima kasih kepada pembaca juga kepada kru Kompas.com dan Kitabisa.com atas bantuannya," ucap Cucu dan muridnya saat ditemui pada Jumat (29/11/2019).

Cucu mengakui sempat pasrah dengan kondisi siswa yang kerap mengeluh lantaran tidak mempunyai bangunan sekolah.

Mereka berpindah-pindah tempat sekolah hingga berakhir di bawah terpal sobek yang ada di halaman rumahnya itu.

Sewaktu-waktu hujan turun, mereka harus menyingkir masuk ke dalam rumah agar buku pelajaran tidak basah diguyur hujan. Begitu pula bangku yang masih terbilang sedikit membuat siswa harus duduk di lantai.

Cucu yang juga sebagai guru pamong itu pun terharu begitu mendengar bantuan yang terkumpul untuk infrastruktur sekolahnya yang mencapai Rp 17.754.536.

Nantinya, kata Cucu, bantuan itu akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan para siswa seperti seragam, baju olahraga, tas, alat tulis, sepatu, hingga bangku sekolah.

"Alhamdulillah sangat bermanfaat buat saya dan siswa-siswa di sini, semua bantuan yang saya terima itu Insya Allah akan saya salurkan untuk sekolah dan anak-anak sesuai kebutuhan mereka," ungkapnya.

Cucu mengatakan, belum lama ini ada juga komunitas dermawan yang membantu memfasilitasi perangkat sekolah. Sejak itu keadaan perlahan membaik.

Meski begitu, dirinya masih harap-harap cemas karena sejauh ini puluhan siswanya harus menumpang di SDN 1 Langensari yang tak jauh dari rumahnya.

Para siswa terpaksa bergantian menempati bangunan sekolah SD itu sejak dua bulan terakhir. Sehingga, lanjut Cucu, kondisi itu tak sepenuhnya membuat nyaman karena harus bersekolah pada siang hari.

Untuk kegiatan ekstrakurikuler sendiri mereka pun harus menempati saung milik warga yang berada di balik pegunungan.

"Dipindahkan ke SD itu dan sekarang sudah enggak diterpal (sobek) lagi jadi walaupun dikasih gedung bagi mereka sekolah siang itu tetap enggak nyaman, kendalanya banyak, sudah paginya kerja, capek bantuin orang tua sudah panas banyak kendala," ucapnya.

Lebih lanjut Cucu menjelaskan bahwa selama ini uluran tangan dari pemerintah yang ia harapkan justru belum pernah ada sampai saat ini.

Sejak tahun ini, ia pun tidak lagi mengharapkan bantuan dari pemerintah dan hanya tawakal kepada Tuhan karena menurutnya membantu anak-anak putus sekolah akan membawa keberuntungan tersendiri.

Ia juga meyakini bantuan akan datang dari mana saja selama niatnya membantu.

"Modal yayasan sama bismillah sudah enggak ada lagi,kalau sekarang saya mah gimana rejeki saya dan anak-anak saja dah yang penting niat dari awal toh cuman peduli saja (anak-anak) bantu daripada mereka sekolah ke reguler yang mereka sendiri enggak mampu," terangnya.

Tak sampai di situ, Cucu pun mengingatkan agar siswanya lebih semangat dalam belajar sehingga setelah lulus bisa diterima di perguruan tinggi.

Baca juga: Petugas Gabungan Bersihkan Sekolah di Rokan Hulu Usai Banjir Surut

Satu dari sekian banyaknya siswa, Muhammad Nawawi (15) mengaku bahwa bersyukur berkat bantuan yang diberikan pembaca.

Nawawi pun tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya yang selama ini bekerja keras untuk menyekolahkan dirinya.

"Alhamdulillah senang banget dapat bantuan seragam sekolah, tas, buku, sepatu, bersyukur banget dan akan lebih semangat lagi," ujarnya.

"Awalnya berhenti (sekolah) karena enggak mampu dan akhirnya bantu bapak nyari uang, bapak bilangnya suruh sekolah saja," sambung anak dari seorang pemulung itu.

Siswa kelas 1 SMP ini pun berjanji akan lebih bersemangat untuk belajar dan akan terus mengejar cita-citanya menjadi TNI.

"Bapak kerjanya ngambil Aqua (pemulung) dan saya anak pertama yang harus bertanggungjawab dan akan mengejar cita-citanya," ujar dia.

UPDATE: Kompas.com mengajak para pembaca untuk membantu mereka yang membutuhkan dibidang pendidikan. Dengan membuka penggalangan Kompas.com peduli pendidikan. Para pembaca dapat menyumbang dengan cara klik di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com