Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Arini, Penderita HIV yang Bangkit Usai Terusir dari Keluarga...

Kompas.com - 01/12/2019, 12:11 WIB
Reni Susanti,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – "Saya Arini. Saya terdiagnosa HIV positif tahun 2013".

Demikian Arini memperkenalkan diri dalam acara Indonesian AIDS Conference (iAIDS) 2019 di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019).

Perempuan bernama lengkap Hayu Ari Setyaningtyas ini mengaku terjangkit virus mematikan itu dari sang suami.

Saat itu, sang suami masuk ruangan ICU dan divonis menderita HIV positif. Dua hari kemudian, pihak rumah sakit menghariskan Arini turut mengecek darahnya.

Hasil cek darah menunjukkan Arini positif HIV.

"Saat itu, saya tidak ada waktu untuk sedih, down, terpuruk. Saya blank. Saat itu saya hanya memikirkan suami saya yang perlu biaya dan perawatan," tutur perempuan kelahiran Surabaya, 11 November 1970 itu.

Baca juga: Jangan Salah Memahami, Ini Beda HIV dan AIDS

Satu bulan kemudian, tepatnya 23 September 2013, sang suami meninggal.

Tidak pernah terpikirkan di benak Arini sang suami bisa terjangkit virus HIV.

"Karena dia orangnya baik banget. Dia atlet golf yang mengurusi mobil antik. Dia juga tidak dekat dengan kelompok berisiko HIV," kata dia.

Namun beberapa tahun sebelum divonis HIV positif, sang suami mengalami kecelakaan dan mendapat transfusi darah.

Selain meninggalkan Arini dengan penyakit mematikannya, suaminya mewariskan utang biaya perawatan sebesar Rp 250 juta.

Uang yang dikumpulkan dari keluarga tidak mampu menutupi utang ke rumah sakit.

Baca juga: Tren Kasus HIV/AIDS Meningkat, Didominasi Seks Antar-lelaki

Cobaan hidup lainnya datang. Di tengah kondisi fisik, mental dan finansial yang tidak baik, Arini saat itu mendapatkan perlakuan diskriminatif dari keluarga suami.

"Mereka membuang saya. Mereka menganggap mereka itu dari keluarga terpandang. Saya dikeluarkan dari rumah mertua setelah 40 hari kematian suami saya," tutur Arini.

Ia tidak ingin terpuruk. Ia kemudian mempelajari lebih banyak tentang virus HIV/AIDS dari dunia maya dan komunitas sembari berjuang melunasi utang.

Arini tidak ingin ketika meninggal dunia nanti, ia mewariskan utang bagi anak semata wayangnya.

Upaya Arini berbuah hasil. Melalui kerja kerasnya, seluruh utang dapat ia lunasi dalam dua tahun.

HIV It’s Nothing

Setelah divonis HIV positif, Arini makin menjaga pola hidupnya. Ia dan anaknya tidak mengonsumsi makanan yang mengandung gluten dan mengonsumsi lebih banyak sayur serta buah.

Baca juga: 5 Mitos Keliru Seputar HIV/AIDS

"Anak saya pencernaannya lemah, saya sendiri survivor kanker. Ketika saya (berhasil) hidup dari kanker, HIV itu it’s nothing," ungkap dia.

Orang yang hidup dengan HIV (Odhiv) bisa melakukan kegiatan apapun dan berprestasi, asalkan sehat.

Bahkan Odhiv bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan diakui. Seperti dirinya yang pernah bekerja di perusahaan besar dan memegang jabatan yang lumayan tinggi.

Semua orang di kantor menghargai Arini meski dengan terang-terangan membuka statusnya sebagai HIV positif.

Bahkan suatu hari saat meeting, obat ARV yang wajib dikonsumsinya tertinggal di rumah.

Baca juga: Strain Baru HIV Ditemukan, Ini yang Harus Anda Ketahui

Atasannya pun menugaskan pesuruh di perusahaan untuk mengambil obat tersebut.

"Jadi kalau perusahaan mau menggunakan potensi saya, mereka juga harus terima penyakit saya. Satu paket," imbuh lulusan SMAN 2 Kotabumi itu.

Kebiasaannya menjalani pola hidup sehat ia tuangkan dalam bentuk buku berjudul "Hidup Sehat Bebas Gluten". Buku itu terbit dalam dua jilid.

Kebiasaan hidup sehat juga ditularkan ke kerabat sesama penderita HIV.

Sebab, kebanyakan Odhiv mengalami lemah pencernaan, terutama lambung maupun usus halus. Kondisi itu bisa memngaruhi anxiety/mood swing, baik karena ESO maupun stres akibat pengaruh stigma dan diskriminasi lingkungan.

Kini, masa-masa terberat hidupnya sudah dapat dilalui. Kondisi kesehatannya juga sudah dapat diterima dan dipasrahkan kepada Tuhan.

Baca juga: Balita di Cianjur Terkena HIV/AIDS

Arini saat ini hidup bahagia bersama anak dan suaminya berkebangsaan Belanda. Sang suami kedua ini diketahui negatif HIV.

"Sejak tiga tahun sebelum menikah (dengan warga Belanda), saya undetected viral load," tutur lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya itu.

Artinya, selama Arini terus mengonsumsi ARV, dirinya tidak akan menularkan HIV. Bahkan saat berhubungan seks, aman tidak menggunakan pengaman.

Mengenai anak, Arini mengatakan, karena faktor usia, ia dan suaminya sepakat untuk tidak memiliki anak. Ia lebih cenderung menjadi orangtua angkat anak-anak terlantar.

 

Kompas TV Tak sedikit warganet berpendapat perpanjangan izin untuk FPI mengecewakan banyak pihak. Pasalnya warganet berpendapat ormas ini dianggap anti Pancasila dan NKRI, dan seringkali mengganggu ketenangan warga. Perpanjangan izin sempat disuarakan menteri agama Fachrul Razi, namun tentunya tak terlepas dari sosok Presiden Jokowi yang dianggap paling bertanggungjawab atas dikeluarkan izin perpanjangan FPI. Status perpanjangan izin bagi ormas FPI bergantung pada keputusan tim. Tim yang dimaksud, yakni Kemendagri, Kementerian Agama, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan HAM. Tim tersebut masih mengkaji surat rekomendasi yang diberikan oleh Kemenag untuk perizinan FPI. Topik ini pun ramai di twitter dengan #JokowitakutFPI. Pada Kamis siang tercatat lebih dari 14 ribu cuitan terkait tagar tersebut. Warganet ramai-ramai menyatakan kekecewaannya pada keputusan pemerintah yang seolah-olah mendukung FPI secara berlebihan. Kemudian warganet juga mengulang pernyataan Presiden saat perkara penusukan Mantan Menko Polhukam Wiranto yang mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk sama-sama memerangi radikalisme. Namun pada kenyataannya ormas pimpinan Rizieq Shihab itu malah mendapat perpanjangan izin. Dalam unggahan twitter Kementerian Agama RI, Menag Fachrul Razi berpendapat bahwa ormas-ormas Islam yang ikut memajukan bangsa harus terus didukung keberadaannya. Tidak boleh satu ormas Islam apapun yang ikut memajukan bangsa ini dihentikan. Menag yang mendorong FPI untuk diberikan izin lagi. Jangan lewatkan live streaming Kompas TV 24 jam non stop di https://www.kompas.tv/live. Supaya tidak ketinggalan berita-berita terkini, terlengkap, serta laporan langsung dari berbagai daerah di Indonesia, yuk subscribe channel youtube Kompas TV. Aktifkan juga lonceng supaya kamu dapat notifikasi kalau ada video baru. Media social Kompas TV: Facebook: https://www.facebook.com/KompasTV Instagram: https://www.instagram.com/kompastv Twitter: https://twitter.com/KompasTV LINE: https://line.me/ti/p/%40KompasTV
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com