Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Peneliti: Gas di Sumur Warga Lamongan Mudah Terbakar

Kompas.com - 28/11/2019, 20:07 WIB
Hamzah Arfah,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

LAMONGAN, KOMPAS.com - Sebanyak enam orang peneliti utusan dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur, sudah melakukan penelitian di sumur yang ada di teras rumah milik pasutri Puri (90) dan Sika (75), warga Dusun Drokiyo, Desa Pasi, Kecamatan Glagah, Lamongan, Jawa Timur, Kamis (28/11/2019).

Sebelumnya, sumur yang ada di teras rumah milik pasutri Puri dan Sika sempat mengeluarkan campuran lumpur, air, dengan disertai gas, sejak Rabu (27/11/2019) kemarin, saat sumur hendak diperbaiki atau dilebarkan.

"Ini kan fenomena alam. Namanya zero gas, gas yang terperangkap di permukaan. Atau biasa juga kami menyebutnya gas rawa," ujar salah seorang yang turut melakukan penelitian dari Pertamina, Heru Widodo, saat ditemui usai melakukan penelitian di lokasi, Kamis (28/11/2019).

Baca juga: Petugas Teliti Sumur yang Semburkan Lumpur dan Gas di Lamongan

Gas rawa sendiri banyak dikenal orang dengan sebutan gas alam atau gas bumi, yang banyak ditemukan di ladang minyak maupun tambang batu bara.

Sebab, gas ini merupakan bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH4), sehingga mudah terbakar.

"Biasanya gas ini cepat habis. Tapi enggak tahu juga soal waktunya," ucap dia.

Heru menerangkan, tujuan utama dirinya bersama tim gabungan melakukan penelitian di lokasi mengetahui dampak dan potensi bahaya yang ditimbulkan terhadap masyarakat di sekitar lokasi.

"Tadi hanya mengecek, potensi bahaya karena ini perkampungan penduduk, terutama adanya kandungan gas H2S (hidrogen sulfide) dan metana, kami coba mengecek kandungannya," ujar Heru.

Dari hasil penelitian yang dilakukan sementara, tim mendapati bila gas yang keluar dari sumur tersebut mudah terbakar.

Baca juga: Hendak Diperbaiki, Sumur di Lamongan Semburkan Lumpur dan Gas

 

Kendati mereka mengungkapkan, pengamanan yang dilakukan sejauh ini sudah cukup mumpuni dalam menjauhkan warga dari bahaya.

"Ternyata setelah diukur, setelah dites kandungan gas metana masih tinggi di atas ambang batas 10 persen dengan potensi terbakar. Sementara, H2S itu nilainya sekitar 2,7 ppm itu masih di bawah ambang batas karena standar itu 10 ppm, jadi masih aman untuk manusia," pungkas dia.

Untuk melakukan pantauan secara berkala, tim akan secara kontinu meminta laporan dari pihak desa setempat.

Terlebih, tekanan gas juga diketahui sudah mulai menurun dibanding hari sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com