Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Ciu, Tekstil, hingga Kotoran Babi Cemari Bengawan Solo, Air Jadi Hitam Pekat

Kompas.com - 27/11/2019, 19:59 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Khairina

Tim Redaksi

BLORA, KOMPAS.com - Wakil Bupati Blora, Jawa Tengah Arief Rohman menyebut, pencemaran sungai Bengawan Solo di wilayah Blora diduga akibat pengaruh limbah industri dari hulu Bengawan Solo (Solo Raya).

Arief sendiri berharap kepada pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jateng untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut.

"Kami mau menindak tapi limbah-limbah itu diduga berasal dari daerah lain yakni Solo raya. Kami tidak bisa lakukan itu. Kami minta pihak berwenang termasuk DLHK Provinsi untuk menindaklanjuti," tegas Arief saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Rabu (27/11/2019).

Baca juga: Viral Video Sungai Bengawan Solo Berwarna Hitam Pekat, Penyaluran Air ke 12.000 Rumah Dihentikan

Menurut Arief, dirinya bersama pihak terkait sudah berupaya mengecek langsung kondisi pencemaran air Sungai Bengawan Solo yang melintas di wilayahnya.

Petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Blora juga sudah mengambil sampel air keruh itu untuk dicek di laboratorium.

Imbasnya, sebanyak 12.000 sambungan rumah (SR) yang bergantung dari air baku Sungai Bengawan Solo itu terpaksa dihentikan pasokan airnya oleh PDAM Tirta Amerta Blora sejak Selasa (26/11/2019).

"Airnya sangat keruh dan tak layak konsumsi," kata Arief.

Sementara itu, DLHK Jateng menyebut jika limbah industri tekstil, batik, ciu hingga limbah dari peternakan babi diindikasikan telah mencemari Sungai Bengawan Solo di wilayah Solo.

Sejumlah industri besar, sedang dan industri rumahan tercatat beroperasi tak jauh dari sungai Bengawan Solo.

"Apakah imbasnya hingga ke Blora, bisa saja. Kalau pencemaran yang di Blora, baunya tak begitu menyengat, namun warnanya merah hitam pekat. Kami berharap segera teratasi karena kami terpaksa hentikan pasokan ke 12.000 sambungan rumah," kata  Direktur PDAM Tirta Amerta Blora Yan Riya Pramono.

Untuk diketahui, PDAM Tirta Amerta Blora mengunggah video pencemaran Sungai Bengawan Solo hingga viral di jagat maya.

Dalam video berdurasi pendek itu, mendokumentasikan air Sungai Bengawan Solo di wilayah Kecamatan Cepu yang menjadi salah satu sumber air baku PDAM Tirta Amerta Blora berwarna merah hitam pekat.

Video itu diambil pada Minggu (24/11/2019) pagi oleh pegawai PDAM Tirta Amerta Blora.

Dari keterangan PDAM Tirta Amerta Blora, kepekatan pencemaran air itu telah mencapai 1.300 tcu (true color unit).

Padahal, sesuai aturan, diperbolehkan membuang polutan ke sungai dengan maksimal kekeruhan warna 200 tcu.

Baca juga: Sungai Bengawan Solo Hitam Pekat, Diduga karena Limbah Industri

Akibat pencemaran sungai Bengawan Solo itu, PDAM Tirta Amerta Blora terpaksa menghentikan operasionalnya ke 12.000 sambungan rumah (SR) di lima Kecamatan terdampak yakni Cepu, Sambong, Jiken, Jepon dan Blora sejak Selasa (26/11/2019) hingga batas waktu yang tak ditentukan.

Sementara 7.000 sambungan rumah (SR) dari sejumlah kecamatan lain yang tidak terdampak  masih tetap bisa mengakses air bersih dari PDAM Tirta Amerta Blora. Di antaranya, Kecamatan Randublatung, Menden, Kedungtuban, Ngawen dan Kunduran.

"Untuk yang masih beroperasi adalah yang tidak memanfaatkan air baku Bengawan Solo. Baik yang dari mata air dan sumber air lainnya. Total itu 19.000 sambungan rumah dan kami hentikan 12.000 sambungan rumah. Merugi sih iya, tapi kami tak menghitung," kata Yan.

Dia menambahkan, pihaknya sudah mengupayakan berbagai cara, mulai metode lumpur sampai bahan kimia, tetap tidak bisa.

"Jadi solusi terbaik ya kami hentikan operasionalnya sebelum ada solusi," tambah Yan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com