Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Pekerja Konstruksi di Indonesia: Gaji Kecil, Risiko Tinggi hingga Ada "Kasta"

Kompas.com - 27/11/2019, 15:04 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Abdul Gofur terlihat sibuk. Ia memasukkan pakaian, bekal makan siang, dan sejumlah oleh-oleh ke dalam tasnya.

Akhir November ini, warga Garut ini akan kembali bekerja ke Jakarta. Ia ikut bekerja ke tetangganya di salah satu proyek konstruksi di Jakarta.

Gofur mengaku belum tahu pekerjaannya nanti apa. Namun kalau melihat temannya, mereka bekerja di bangunan konstruksi dan LRT ataupun MRT.

“Saya kerja apa pun siap,” ujar Gofur saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/11/2019).

Baca juga: Longsor di Proyek Double Track Sukabumi-Bogor, 2 Pekerja Tewas Tertimbun

Ia pun sudah siap dengan risiko pekerjaan yang mungkin dihadapi. Karena salah satu tetangganya pernah jatuh saat bekerja karena tidak menggunakan pengaman.

“Alhamdulillah selamat, tapi sekarang dah nggak mau kerja di sana lagi,” ucapnya.

Penuh risiko

Harry Suliztiarto, pendiri Skygers, sekolah panjat tebing pertama di Indonesia yang juga bergerak di vertical rescue mengatakan pekerjaan konstruksi penuh risiko.

“Kecelakaan di sana (konstruksi) tinggi. Tujuh orang meninggal per hari. Sampai sekarang angkanya masih tetap tinggi seiring banyaknya proyek seperti LRT, MRT yang masih berlangsung,” ucapnya kepada Kompas.com di Climbing Day, belum lama ini.

Mereka rata-rata mengalami kecelakaan kerja karena jatuh. Parahnya, banyak di antara mereka yang tidak menggunakan pengaman. Akibatnya, banyak yang meninggal saat terjatuh atau mengalami kecelakaan kerja.

“(Banyak dari) mereka gajinya cuma Rp 55.000 per hari, jatuh tak berpengaman. Kami menyebutnya pekerja sandal jepit,” tuturnya.

Kasta

Harry menceritakan, saat Skygers masuk untuk membantu memberikan pelatihan vertical rescue, ia melihat adanya budaya kasta yang tertanam di pekerja.

Semakin berani untuk bekerja di ketinggian tanpa pengaman, kastanya semakin tinggi. Orang-orang tersebut sangat dihormati di sesama pekerja.

Sedangkan yang tidak berani, kastanya lebih rendah. Mereka pun biasanya hanya jadi pesuruh untuk membeli rokok, mi, dan lainnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com