SEMARANG, KOMPAS.com - Dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin berat, Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) mendorong industri fashion di Indonesia harus memiliki ciri khas tersendiri.
Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kemenaker Bambang Satrio Lelono mengatakan, industri fashion telah menempati posisi ketiga terbesar penyumbang devisa negara.
"Industri fashion yang ada sekarang telah mampu menyumbang devisa sebesar Rp 122 triliun bagi pemerintah. Malahan di era sekarang, jadi produk terlaris di bidang e-commerce," ujar Bambang saat menghadiri rapat koordinasi bidang pelatihan dan produktivitas, di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang, Selasa (26/11/2019).
Baca juga: Pria Ini Mengaku sebagai Humas Pertamina dan Menipu Pencari Kerja
Maka dari itu, kata Bambang, industri fashion menjadi peluang kerja yang sangat menjanjikan setiap tahun.
Itu alasan industri fashion diharapkan menyumbang devisa yang lebih besar lagi.
Anggaran Rp 5,2 triliun
Pada tahun 2020, Kemenaker akan mengucurkan dana mencapai Rp 5,2 triliun kepada seluruh Balai Latihan Kerja (BLK) di Indonesia.
Anggaran dana tersebut akan dialokasikan untuk menggencarkan kegiatan pelatihan dan pengembangan program kerja di setiap BLK.
Anggaran itu juga akan digunakan untuk meningkatkan keterampilan para lulusan SMA/SMK dan para pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Kita akan bekali pelatihan buat 270.000 orang tenaga kerja dan 200.000an orang yang butuh pelatihan kewirausahaan secara mandiri," kata Bambang.