Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar: Rembugan Jadi Obat Toleransi di Jawa Tengah

Kompas.com - 26/11/2019, 16:14 WIB
Riska Farasonalia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Merujuk pada riset longitudinal yang dilakukan Setara Institute tercatat telah terjadi pelanggaran kebebasan beragama di Jawa Tengah sebanyak 66 peristiwa selama lima tahun terakhir.

Jumlah pelanggaran tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan Jawa Barat sebanyak 162 pelanggaran, DKI Jakarta sebanyak 113 kasus dan Jawa Timur sebanyak 98 kasus.

Menyoroti hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan spirit sebagai wilayah Benteng Pancasila yang memahami keberagaman perlu diterapkan baik secara informal di kehidupan bermasyarakat maupun secara formal di lingkungan PNS dan sekolah.

"Komunikasi yang baik perlu diterapkan diantara kelompok masyarakat, kelompok agama, pemerintah dan masyarakat," ujar Ganjar, Selasa (26/11/2019).

Baca juga: Ini 4 Agenda Prioritas untuk Tingkatkan Toleransi dan Atasi Radikalisme Menurut Setara Institute

Untuk menggambarkan suasana tersebut, lanjut Ganjar, Jawa Tengah memiliki istilah rembugan yang berarti percakapan tentang suatu masalah untuk mencapai kebaikan.

"Publik itu yang diperlukan adalah komunikasi. Antar kelompok masyarakat, kelompok agama, pimpinan dan masyarakat harus intens. Gaya yang informal, saling berkunjung, tidak mempersoalkan perbedaan-perbedaan, itu yang akan mendorong orang untuk bisa toleran," kata Ganjar.

Jika penanganan di masyarakat terhadap praktik toleransi dilakukan dengan lentur, beda halnya jika berkenaan dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun bagi siswa.

Ganjar memilih mengeluarkan perintah agar para ASN untuk bersikap toleran. Sementara kepada siswa perlu ditanamkan pemahaman serta contoh perilaku toleran.

"Kalau pegawai negeri lebih enak. Langsung perintah. Kalau pendidikan edukasi. Memfasilitasi anak-anak dengan kerja-kerja solutif dan kolaboratif yang sifatnya lebih sosial. Kalau itu dinilai sejak menjadi siswa, itu akan membekas. Nah yang begini harus kita ajarkan," jelas Ganjar.

Upaya menjaga keberagaman yang dilakukan di Jawa Tengah itu, menurut Ganjar merupakan kerja kualitatif yang hasilnya tidak bisa diukur dalam sekejap dan memerlukan anggaran yang tidak kecil.

Namun beratnya menjaga dan mahalnya biaya toleransi itu tidak sebanding dengan sakit dan mahalnya biaya recovery jika keberagaman itu terkoyak.

Bahkan Ganjar menyebut, dalam beberapa tahun ini ada tangan-tangan yang berupaya merobek persatuan di Jawa Tengah maupun Indonesia.

Baca juga: Ayu Kartika Dewi, Pejuang Toleransi dan Keberagaman yang Jadi Stafsus Presiden

 

Rembugan

Pihak-pihak tersebut telah membaca kemungkinan Indonesia bakal menjelma jadi negara dengan perekonomian yang kuat, dan mereka tidak menginginkan hal tersebut.

"Indonesia akan jadi incaran, dengan kekayaan suku, alam, bahasa dan budaya itu akan jadi incaran. Kita diramalkan bakal masuk sebagai negara dengan perekonomian yang sangat kuat. Dengan posisi ini pasti akan jadi sorotan dunia. Ini bermacam-macam, tadi ada informasi kita secara ideologi akan diganggu akan dipengaruhi. Secara strategi akan dilakukan pembelahan-pembelahan," tegas Ganjar.

Salah satu pancingan efektif untuk menciptakan intoleransi di Indonesia saat ini adalah dengan melempar isu ideologi.

Namun Ganjar bersyukur, Indonesia, Jawa Tengah khususnya memiliki cara khusus untuk mengatasi perbedaan itu yakni dengan diajak rembugan, diajak ngobrol bersama.

"Mereka yang tidak ingin kita solid dan besar akan mengganggu. Nah Indonesia punya potensi untuk dipecah belah. Kalau kita rapatkan barisan dengan komunikasi yang baik pendekatan budaya yang baik, saling penghormatan yang baik ideologi yang baik, maka kita akan mendapatkan vaksinasi secara bersama-sama sehingga punya imunitas," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com